Oleh: Arianto Sitorus Pane*
PIRAMIDA.ID- Pendidikan karakter merupakan salah satu topik yang banyak dibicarakan dalam dunia pendidikan dewasa ini, baik di negara-negara maju seperti Amerika Serikat ataupun di negara berkembang seperti Indonesia.
Meningkatnya perhatian terhadap pendidikan karakter tersebut bukanlah sesuatu yang tanpa alasan, melainkan dipicu oleh parahnya kemerosotan/degradasi moral di masyakat, terutama pada kalangan remaja/generasi muda.
Di Indonesia, persoalan moral pada kalangan muda bahkan sudah tergolong pada kategori yang sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis tindak kriminal dan berbagai perilaku menyimpang lainnya yang sekarang sedang marak dilakukan, khususnya oleh kalangan muda/peserta didik, menghadapi persoalan tersebut, muncul desakan dari berbagai pihak terhadap dunia pendidikan supaya meninjau kembali posisi dan perannya dalam proses pembinaan karakter generasi muda.
Dengan kata lain bahwa pendidikan dituntut supaya tidak hanya memperhatikan kompetensi kognitif dan keterampilan saja, melainkan juga meningkatkan intensitas terhadap pembinaan terhadap kompetensi afektif/sikap atau karakter peserta didik. Desakan inilah yang pada akhirnya melahirkan kebijakan/program yang dikenal dengan pendidikan karakter.
Jika ditinjau dari sudut pandang pendidikan karakter, maka mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki posisi strategis.
Maka saya sebagai seorang guru mata pelajaran Sejarah (IPS) di tingkat SMA, turut andil dalam implementasi pendidikan karakter melalui pendekatan terintegrasi pembelajaran, yakni melalui materi pembelajaran sejarah yang sedang dibahas. Sehingga nilai karakter yang ditanamkan itu tetap berdasarkan materi.
Sebelum menyampaikan materi terlebih dahulu saya melakukan analisis, kira-kira materi ini cocoknya untuk nilai apa, kemudian dilaksanakan dalam pembelajaran. Sehingga siswa mampu mengimplementasikan pendidikan karakter dengan pendekatan terintegrasi pembelajaran, yakni analisis nilai, klarifikasi nilai, cerita teladan dan model pembelajaran kooperatif.
Pertama, analisis nilai (value analyze). Salah satu strategi penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Sejarah adalah melalui analisis nilai atau value analyze method. Strategi ini pada dasarnya memang merupakan salah satu model dalam pendidikan nilai yang banyak digunakan. Metode atau strategi analisis nilai ini adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai dalam materi Sejarah.
Tujuan dari diterapkannya strategi ini adalah supaya peserta didik dapat melakukan analisis terhadap nilai nilai yang dapat dipetik dari materi yang sedang dipelajari. Metode analisis nilai ini biasanya diterapkan terhadap materi-materi yang mengandung unsur kisah atau cerita, terutama kisah teladan dari tokoh-tokoh atau peristiwa sejarah tertentu.
Kedua, strategi klarifikasi nilai (value clarification). Metode selanjutnya yang juga diterapkan oleh guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter adalah melalui teknik klarifikasi nilai atau value clarification technique. Teknik ini pada dasarnya mirip dengan analisis nilai, dimana juga merupakan salah satu model pembelajaran yang mengarah pada proses pembentukan atau penanaman nilai.
Hal ini merupakan sebuah teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik melalui sebuah proses analisis nilai yang ada sehingga peserta didik dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, memutuskan, mengambil sikap sendiri terhadap nilai-nilai yang harus diperjuangkan.
Ketiga, cerita teladan. Setelah strategi analisis nilai dan klarifikasi nilai, strategi lainnya yang juga digunakan guru Sejarah dalam implementasi pendidikan karakter ialah strategi cerita teladan.
Untuk cerita tokoh, yang biasanya dipilih adalah tokoh tertentu yang memiliki keunggulan karakter, seperti Ir. Sukarno untuk karakter kecerdasan dan keberanian; Moh. Hatta untuk karakter kejujuran dan kesedrhanaan; Jenderal Soedirman untuk karakter cinta tanah air, dan lain-lain.
Harapannya, melalui cerita tersebut siswa akan merasa tergugah hatinya dan akhirnya termotivasi untuk juga berbuat seperti tokoh yang ada dalam cerita. Selain itu, penerapan cerita teladan dalam implementasi pendidikan karakter tidak terlepas dari sifat mata pelajaran sejarah itu sendiri yang merupakan kumpulan kisah atau peristiwa umat manusia di masa lampau yang di dalamnya banyak terdapat cerita yang bisa dijadikan pelajaran.
Keempat, model kooperatif. Strategi terakhir yang saya gunakan dalam implementasi pendidikan karakter terintegrasi pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu menerapkan nilai-nilai yang telah mereka ketahui, yakni seperti kerjasama, tolong menolong, kerja keras, dll.(*)
Penulis merupakan Guru Sejarah di SMA Swasta Mars Pematangsiantar.