Debby Sepriyanti Damanik*
PIRAMIDA.ID- Ini adalah aku, sebelum bergabung ke dalam PMKRI. Nongkrong dengan teman kampus, main, pulang, ke kampus, dan pulang lagi. Ya, seperti itulah setiap harinya, sampai pada akhirnya aku sempat berkata dalam hati, “Gitu terus sampai lulus, dapat apa nantinya?”
Sampai pada akhirnya aku membulatkan niat untuk ikut organisasi. Awalnya aku bingung ingin masuk organisasi apa, tapi bersyukurnya aku ketika seorang teman memperkenalkan PMKRI kepadaku hingga aku memilihnya.
Karena PMKRI saya percaya dapat memberikan pengalaman indah. Tidak lagi kupikirkan masa lampauku, karena sudah aku taruh harapan akan ilmu kehidupan ke dalam rumah baruku. Segala waktuku aku habiskan untuk berorganisasi. Semua kegiatan organisasi aku berusaha mengikutinya, memulai dari memberikan belajar gratis, bakti sosial, hingga pada aksi turun ke jalan melakukan demo demi membela kebenaran.
Hadangan dari berbagai pihak aparat kala aksi pun berubah menjadi sebuah penyemangat untuk tetap turun ke jalan menuntut hak dan menegakkan keadilan yang sering kami sebutkan sebagai tanggung jawab moral kami sebagai agent of change.
Sekretariat organisasi atau yang sering kami sebut “Margasiswa PMKRI” adalah rumah baru bagiku, teman-teman dan semua yang tinggal denganku adalah keluargaku dan saudaraku. Rasa nyaman, saling peduli, dan saling menolong yang kudapatkan di perhimpunanku membuatku lupa akan rumahku sendiri.
Urusan kampus dan tugas kuliah tidak lagi penting bagiku, tidak lagi menarik, hingga sampai saat aku mengedepankan organisasiku dibandingkan kuliahku, yang justru sebenarnya adalah prioritas utamaku melanjutkan pendidikanku.
Ada banyak teman-teman dan senior-seniorku di kampus bahkan keluargaku sendiri yang memberikan nasehat padaku untuk tidak terlalu terlena dengan dunia organisasi. Tapi nasehat dan saran mereka hanya kuanggap sebagai angin lalu yang tidak begitu penting untuk aku dengarkan.
Tidak asing lagi telingaku mendengarkan perkataan-perkataan beberapa orang yang menemuiku.
”Deb, kamu kan kuliahnya jurusan kesehatan, kenapa mau ikut organisasi yang banyak politiknya?’’
“Kenapa kamu mau ngajar di sekolah sedangkan kamu seharusnya mempelajari obat-obatan?”
”Kenapa kamu lebih memilih ikut organisasi di luar dibandingkan dengan organisasi yang ada di kampus?”
Hmmmm, aku semakin merasa, bahwa apa yang sudah aku pilih dan aku niatkan tidak akan bisa dihentikan siapapun kecuali aku sendiri.
Satu tahun dua bulan sudah aku bergabung dengan PMKRI, dan banyak ilmu baru yang kudapatkan yang tidak sedikit pun kutemui di kampus. Belajar menyelesaikan masalah dalam tim, berlatih berbicara di depan orang banyak, menyiapkan mental dan keberanian, saling menerima kelebihan dan kekurangan, semua kutemukan di perhimpunanku.
Naik turunnya rasa keingintahuanku pun kian menjadi-jadi. Hingga pada suatu hari, aku dipercayakan untuk mengemban tugas di mana aku diharapkan dapat menjalankan tugas yang diberikan dengan baik walau berbagai kesibukan lain.
Awalnya membagi waktu tidaklah mudah bagiku, sebab salah membagi waktu dapat mengakibatkan semuanya tidak akan berjalan dengan baik. Hari demi hari, seiring berjalannya waktu hingga pada saat ini, niat dan tekadku masih tetap sama seperti sebelumnya — memilih bergabung masuk ke dalam suatu organisasi untuk menemukan sesuatu hal yang baru.
Suka duka selalu datang silih berganti, bahkan tidak jarang juga ada godaan untuk menghentikan niatku tersebut. Beruntungnya aku, hingga sampai detik ini masih mampu berdiri tegak di atas kaki sendiri dan tetap memilih berproses di organisasi, karena bagiku perhimpunanku adalah rumahku, di mana telah kujadikan sebagai tempatku untuk kembali pulang.
Satu tahun dua bulan bukan waktu yang cepat pastinya, bukan pula suatu perjalanan yang berjalan lurus. Berbagai dinamika selalu aku jalani setiap waktunya. Sebab menurutku, menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya menjadi sebagai kader saja, tetapi harus mampu menempatkan dan memposisikan sudah di mana kemampuan yang dimiliki.
Alboin Cristoveri Samosir, seniorku di perhimpunan dan saat ini mengemban amanah sebagai pengurus pusat PMKRI, adalah sosok panutan dan sang motivatorku. Ia satu waktu mengajariku bahwa, kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan; artinya kepemimpinan tanpa organisasi maka aktulisasi diri tidak bisa terekspresikan secara maksimal.
Hingga pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses yang selama ini diterima. Pada akhirnya aku percaya bahwasanya usaha tidak akan mengkhianati hasilnya.(*)
Penulis merupakan mahasiswa keperawatan di Universitas Efarina. Saat ini aktif di PMKRI Cab. Pematangsiantar.