PIRAMIDA.ID- Hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman terjalin pada tahun 1952. Dua tahun sebelumnya, pada tahun 1950, Deutsch-Indonesische Gesellschaft/DIG didirikan. Kurun waktu hubungan 70 tahun ini adalah saat untuk merefleksi/kilas-balik maupun menatap perspektif di masa yang akan datang bagi berbagai kegiatan diplomatik maupun diplomasi budaya dalam hubungan Indonesia-Jerman.
Seniman Walter Spies (1895 -1942) dalam hidup dan karyanya di Indonesia dapat dianggap salah seorang penggagas diplomasi budaya atau sebagai seniman yang melakukan usaha mengembangkan pertukaran antarbudaya.
Tema kegiatan ini adalah “Budaya dalam Dialog”. Acara akan diadakan pada tanggal 18 dan 19 November 2022 di Bali.
Pada acara seminar antara lain akan dibicarakan bagaimana proses kreatif Walter Spies membangun dialog budaya pada masa lampau bersama rekan-rekannya para seniman Bali; bagaimana perkembangan hubungan dialog dalam budaya setelah era generasi Walter Spies?; bagaimana gerakan budaya dalam dialog dan diplomasi budaya bilateral pada masa depan?
Materi yang akan didiskusikan itu merupakan inventarisasi kegiatan kedua negara baik pada saat ini maupun prospek kerja sama Indonesia-Jerman pada masa depan. Selain seminar, acara lainnya adalah pameran pameran Beyond Memory: Walter Spies, Raden Saleh, Pitamaha, napak tilas ke tempat-tempat yang pernah menjadi bagian penting dalam kehidupan Walter Spies, pemutaran film, dan pesta rakyat yang akan diadakan di Dusun Teges Kanginan, dan diikuti oleh 10 banjar dari Desa Peliatan, Gianyar.
Fakta Walter Spies
Walter Spies memberi inspirasi serta motivasi kepada banyak seniman Bali. Dengan dukungan dari Tjokorde Gede Agung Sukawati (1910-1978), raja Ubud yang dikenal atas jasanya memajukan pariwisata dan kesenian di Ubud, adik Tjokorda Gde Raka Soekawati, presiden satu-satunya Negara Indonesia Timur (1946-1950). Walter Spies memperkenalkan gaya non sakral tiga dimensi atau bentuk-bentuk realis bermotif alam dan kehidupan sehari- hari di Bali.
Bersama pelukis Bonnet dan pengukir Nyoman Lempad ia mendirikan asosiasi seniman Bali “Pita Maha“ pada tahun 1934 yang bertujuan meningkatkan kualitas karya seni Bali.
Walter Spies termasuk salah seorang yang membuka gerbang untuk turisme internasional ke Bali dan banyak di antara yang datang itu merupakan tokoh terkenal, yakni: Collin Mc Phee (komposer), Charlie Chaplin (aktor, komedian), Vicky Baum (pengarang), Baron von Plessen (dokumentator), Margaret Mead (antropolog), Gregory Bateson (antropolog), Miguel Covarrubias (pelukis), dll. Selama tahun 1930-para seniman dan ilmuwan Eropa dan Amerika yang disebut Bali-Circle itu mengunjungi Walter Spies.
Bersama Wayan Limbak (penari Bali kelahiran 1897), Walter Spies melakukan komodifikasi tarian Kecak yang berasal dari Desa Bedulu, Gianyar, Bali, sekitar tahun 1930-an. Atas usulan Walter Spies, tarian Sanghyang tersebut dimodifikasi menjadi sebuah tarian Kecak seperti yang sekarang kita kenal.
Tujuan Pelaksanaan
Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mempererat hubungan persahabatan Jerman-Indonesia di masa yang akan datang terutama dalam lingkup dialog antarbudaya, mendukung usaha-usaha pendidikan dan kerja sama antara seniman Jerman dan Indonesia, melihat kembali peran Walter Spies di masa lalu di Indonesia: apa relevansi dan konsekuensi hubungan Indonesia dan Jerman dalam perkembangan budaya masa kini dan masa depan dan meningkatkan dan mendukung usaha dialog-dialog budaya dan meneruskan diplomasi budaya sesuai dengan “Perjanjian Kebudayaan Bilateral” dan “Deklarasi Jakarta” antara Indonesia dan Jerman. “Seni adalah motor penggerak dialog antarbudaya.
“Kami ingin memperkuat ini. Kami ingin melempar batu ke dalam air untuk memperdalam kontak-kontak yang sudah ada dan mengintensifkannya di masa depan. Kami tidak bermaksud menonjolkan Walter Spies dalam acara ini, namun kami mengambil ide dan insipirasi itu dan ingin melanjutkannya pada masa yang akan datang,” kata Karl Mertes, ketua Lembaga Persahabatan Jerman-Indonesia.
Acara akan berlangsung di dua tempat, yakni di ARMA Jalan Pengosekan, Ubud dan di Dusun Teges Kanginan, Desa Peliatan, Kabupaten Gianyar dan berlangsung selama 2 hari, tanggal 18 dan 19 November 2022.
Acara tanggal 18 November 2022 adalah: seminar “Budaya dalam Dialog: Walter Spies Mengetuk, Bali Membuka Pintu, Melangkah dalam Dialog Indonesia–Jerman” dengan pembicara Prof. Thomas Reuter, Prof. Dr. I Wayan Dibia, Soemantri Widagdo, PhD., Jean Couteau, PhD., Prof. Dr. Wayan ”Kun” Adnyana, Karl Mertes. Selain itu pemutaran film yang dibuat tahun 1933 oleh Friedrich Dalsheim, Baron Victor von Plessen dengan judul: Insel der Dämonen / Island of Demons. Dilanjutkan pembukaan pameran Beyond Memory: Walter Spies, Raden Saleh, Pitamaha.
Setelah itu acara dilanjutkan di Dusun Teges Kanginan, Desa Peliatan, Ubud, berupa pesta rakyat “Gunung Jati Art and Culinary Festival” yang akan diselenggarakan selama 2 hari. Antara lain akan menampilkan pentas tari, “Gong Semara Pegulingan Gunung Jati”, Gong Mandara Jati, gelaran lukisan kamasan, anglung anak-anak, pementasan tari kecak, musik akustik “Nano Biru”, dan hiburan rakyat pementasan seni “Clokontong Mas”.
Selain itu, akan ada stand-stand seni dan kuliner. Dari pihak Jerman juga akan membuka stand makanan dan minuman. Acara tanggal 19 November adalah napak tilas perjalanan Walter Spies di sekitar Ubud, pameran hari ke-2 di Arma dan pesta rakyat hari ke-2 di Dusun Teges Kanginan. Acara akan ditutup oleh Ketua DIG, Karl Mertes.
Acara ini diselenggarakan oleh DIG / Deutsch-Indonesische Gesellschaft (Lembaga Persahabatan Jerman-Indonesia) dan Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia, dalam rangka turut berpartisipasi dalam “Peringatan 70 tahun Hubungan Diplomatik antara Jerman-Indonesia pada tahun 2022”.
Acara ini juga bersamaan dengan puncak kegiatan G20 yang akan berlangsung di Bali. G20 merupakan forum kerja sama multilateral strategis beranggotakan 19 negara dan Uni Eropa, yang merupakan ekonomi utama dunia.
***
DIG/Deutsch- Indonesische Gesellschaft adalah lembaga Jerman-Indonesia non- komersial yang tertua, didirikan oleh para tokoh dari kalangan universitas Jerman. Pada waktu itu belum terdapat hubungan diplomatik antara kedua negara tersebut. Namun di Jerman saat itu tumbuh perhatian terhadap Indonesia. Tujuan DIG adalah memperkenalkan Indonesia di Jerman sekaligus mempererat hubungan antara kedua negara.
DIG bekerja sama dengan berbagai organisasi, a.l. dengan Pemerintah Kota Köln, berbagai museum, mitra-mitra masyarakat madani, organisasi atau kelompok di Indonesia, konsulat dan kedutaan. Program DIG mencakup seminar, diskusi, pemutaran film, pameran, acara kesenian dan terutama mendorong peningkatan hubungan serta persahabatan antar kedua bangsa. Pada tahun 1996 DIG ikut mendirikan WSGD/ Walter-Spies-Gesellschaft Deutschland yang bertujuan mengumpulkan dan mengarsipkan dokumentasi, naskah karya dari dan tentang Walter Spies.
Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia semula bernama Lembaga Keadilan dan Perdamaian bagi Perempuan Nur adalah lembaga non-profit yang didirikan tahun 2010 di Indonesia, merupakan jaringan yang memakai media seni khususnya teater sebagai penguatan/pemberdayaan rakyat khususnya kaum perempuan.
Kegiatannya lembaga ini sudah diadakan di berbagai tempat se-Indonesia dari Sumatra sampai Papua dan sudah bekerja sama dengan mitra nasional dan internasional. Antara lain juga dengan DIG di Köln.(*)
Kontak info:
Lena Simanjuntak
Chief Executive Yayasan Cahaya Perempuan dan Budaya Indonesia
HP/WA: 0812-9076-8808