PIRAMIDA.ID- Bertepatan dengan momentum Hari Guru nasional, Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Denpasar gelar diskusi publik dengan tema Pendidikan yang emansipatoris, yakni “Menelisik Konsep Pendidikan Driyarkara”. Kegiatan ini dilaksanakan di Margasiswa PMKRI Cabang Denpasar Sanctus Paulus, pada Jumat (25/11/22).
Adapun kegiatan menghadirkan tiga pemantik diskusi, perwakilan dari Keluarga Mahasiswa Katholik dari beberapa kampus di Bali, di antaranya KMK Universitas Saraswati, diwakili oleh Saudara Paskalis, KMK Universitas Dihyana Pura yang diwakili oleh Saudari Sima dan terakhir perwakilan dari PMKRI Cabang Denpasar, yaitu Saudari Aurel.
Kegiatan ini juga dhadiri oleh anggota biasa PMKRI Cabang dan anggota KMK se-Bali.
Kemudian diskusi ini dimoderatori oleh saudara Save selaku Biro Diskusi Penalaran PMKRI Cabang Denpasar. Dalam membuka diskusi, moderator menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan konsep pendidikan Driyarkara adalah konsep pendidikan yang hominisasi dan humanisasi. Atau pendidikan yang memanusiakan manusia muda.
Kemudian dalam penyampaian dari beberapa fasilitator menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dalam menunjang kehidupan baik itu secara personal maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Diskusi ini pun berlangsung panas ketika moderator membuka ruang diskursus. Peserta diskusi mencoba membongkar persoalan dalam dunia pendidikan, terkhusunya di Indonesia. Dimana silabus-silabus pendidikan yang tidak memberikan efek dalam proses pendidikan, kata seorang peserta diskusi.
Saudara Paskal selaku fasilitator pertama menyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup, dimana manusia sejak lahir membutuhkan bantuan orang lain.
Kemudian Sima selaku fasilitator kedua menyampaikan bahwa pendidikan adalah benteng pertahanan dalam menghadapi perkembangan zaman.
Kemudian saudari Sima selaku fasilitator menyampaikan pendidikan yang emansiptaroris adalah pendidikan yang membebaskan, pendidikan yang memberdayakan, pendidikan yang dialogis.
Dalam kesempatan lain juga Saudari Aurel menyampaikan proses pendidikan seharusnya ada ruang dialog yang terjadi antara guru dan siswa. Namun, yang terjadi saat ini justru guru menjadikan siswa sebagai objek dalam proses belajar-mengajar.
Proses dialektika ini semakin alot. Banyak peserta diskusi menyampaikan ide dan gagasannya. Semakin malam diskusi semakin menukik lebih dalam membedah konsep pendidikan ala Driyarkara.
Di akhir diskusi closing statement dari saudara Roland selaku Ketua Presidium PMKRI Cabang Denpasar Sanctus Paulus Periode 2022-2023, menyampaikan bahwasanya pendidikan yang membebaskan adalah upaya untuk membebaskan “kesesetan” dari pendidikan sebelumnya menuju ke arah pendidikan yang lebih untuk bangsa dan negara.
Budaya diskusi, membedah pemikiran para tokoh-tokoh bangsa harus terus hidup. Mencari sari-sari pemikiran mereka untuk menjawab tantangan zaman saat ini.(*)