Oleh: Finelita Saragi
PIRAMIDA.ID- Semenjak pandemi Covid-19 menyerang Indonesia tepatnya 2 Maret 2020 lalu, hal ini mempengaruhi perekonomian secara luas. Tahun talu, tepatnya 2020 seluruh dunia menghadapi penurunan ekonomi dan menyebabkan kontraksi yang sangat signifikan karena hampir semua negara melakukan pembatasan mobilitas.
“Dunia pada tahun lalu mengalami kontraksi minus 3,2% dari sisi pertumbuhan ekonomi. Akibat virus ini semua negara melakukan pembatasan mobilitas lalu menciptakan kemerosotan ekonomi,” kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam acara Seminar Nasional ISEI pada tahun ini, yang diselenggarankan secara daring pada hari Selasa (31/08).
Hal ini juga berdampak pada sektor-sektor usaha kecil menengah. Namun seiring berjalannya waktu pemulihan ekonomi masih terus diupayakan lewat rebound dan recovery, sebut Menkeu.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UMKM pun mengajak semua pihak dari semua kalangan usia baik dari pihak swasta, BUMN dan masyarakat untuk membantu para pelaku UMKM untuk tetap produktif di tengah pandemi. Terlebih, ada jutaan unit usaha di sektor mikro yang jika tidak ditangani akan berdampak besar bagi sektor perekonomian.
Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berbeda pada saat krisis moneter tahun 1998 di mana UMKM betul betul menjadi penyelamat ekonomi nasional yang pada saat itu mampu meningkat hingga 350 persen ketika banyak usaha besar yang kolaps.
Namun pada saat pandemi Covid-19 saat ini, justru UMKM yang sangat terdampak. Dampak dari sulitnya berusaha mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang terpaksa dirumahkan.
Di saat masa pandemi terjadi perubahan pola konsumsi barang dan jasa masyarakat dari offline ke online. Pelaku UMKM pasti kesulitan dalam mencapai target-target yang harus dicapai saat perekonomian terganggu. Perubahan pola tersebut, seyogyanya diikuti pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar dapat survive, serta bisa berkembang sehingga mampu menghadapi kondisi new normal.
Digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan penting, terbukti di Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memberikan kenaikan pada pemanfaatan e-learning, e-commerce, literasi digital, permintaan delivery, dan kebutuhan alat kesehatan/kebersihan. Namun kita tidak dapat memungkiri adanya permasalahan digitalisasi UMKM.
Di beberapa daerah terpencil keterbatasan akses internet masih menjadi kendala. Pemahaman dari pelaku UMKM terhadap teknologi, pemasaran online terbatas, proses produksi dan akses pasar daring yang masih dinilai belum cukup maksimal. Selanjutnya, konsumen masih merasa tak aman dalam melakukan transaksi digital.
Permasalahan ini yang perlu diselesaikan, kegiatan Kuliah Kerja Nyata ini sebagai salah satu program yang memacu diri saya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kegiatan KKN pencerah ini juga merupakan salah satu wadah untuk saya membantu warga yang terdampak pandemi Covid-19.
Terutama warga sekitar tempat tinggal saya. Melalui program kerja “Pelatihan serta Pendampingan UMKM Menuju Digital Marketing” saya mencoba berpikir setidaknya membantu mambangkitkan semangat juang para pemilik usaha UMKM untuk tetap melanjutkan usahanya serta tidak putus asa.
Kegiatan yang saya lakukan selama KKN Pencerah ini terbilang cukup optimal, di mana sasaran UMKM saya terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan KKN Pencerah ini.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Sosiologi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).