Pertemuan Prabowo dan Megawati: Sebuah Sinyal Positif bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Refleksi Mahasiswa Kristen dalam Perspektif Alkitabiah
Ditulis Oleh: Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS
Pertemuan antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri menjadi sorotan publik Indonesia. Di tengah dinamika politik nasional pasca Pemilu 2024, momen ini tidak hanya dilihat sebagai simbol rekonsiliasi politik, tetapi juga sebagai harapan baru bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam dunia ekonomi, stabilitas politik adalah pondasi penting bagi pembangunan. Ketika dua tokoh besar yang sebelumnya berada di jalur politik berbeda saling bertemu, itu memberikan pesan positif kepada investor, pelaku usaha, dan masyarakat. Sebab, perdamaian politik melahirkan iklim investasi yang kondusif, menciptakan rasa aman, dan membuka peluang kerja sama lintas sektor demi kemajuan bangsa.
Sebagai mahasiswa Kristen, peristiwa ini harus dipandang bukan hanya dari sisi politik praktis, tetapi lebih dalam — dari sudut pandang iman dan nilai Alkitabiah.
Alkitab mengajarkan tentang pentingnya perdamaian dan rekonsiliasi dalam membangun peradaban. Rasul Paulus dalam Roma 12:18 berkata, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang.” Ini menjadi landasan bagi kita untuk mendukung setiap upaya rekonsiliasi yang bertujuan membawa kebaikan bersama (common good).
Pertemuan Prabowo dan Megawati juga mengingatkan kita pada prinsip shalom dalam Alkitab — bukan hanya tentang ketiadaan konflik, tetapi keadaan damai sejahtera yang menciptakan keseimbangan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.
Mahasiswa Kristen dipanggil untuk tidak terjebak dalam fanatisme politik atau kebencian sektarian, tetapi harus menjadi pembawa damai (peace maker) dan berpikir kritis demi kemajuan bangsa. Kita diajak untuk mendoakan para pemimpin, seperti tertulis dalam 1 Timotius 2:1-2, agar mereka memimpin dengan hikmat dan takut akan Tuhan, demi terciptanya kehidupan yang tenang dan sejahtera.
Pertemuan ini bukan sekadar manuver politik, tetapi bisa menjadi momentum membangun sinergi antar kekuatan bangsa untuk menghadapi tantangan ekonomi global, memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan sosial.
Sebagai mahasiswa Kristen, kita belajar bahwa politik adalah ruang karya Allah juga. Perdamaian dan rekonsiliasi harus kita dukung selama itu membawa keadilan dan kebaikan bagi semua orang. Dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan sangat bergantung pada seberapa besar para pemimpin kita mampu mewujudkan politik yang berorientasi pada pelayanan, bukan kepentingan pribadi atau kelompok.
Mari kita terus berdoa, berpikir kritis, dan terlibat aktif dalam membangun Indonesia bukan hanya dengan kritik, tetapi juga dengan kontribusi nyata bagi kemuliaan nama Tuhan.
Penulis Opini ini adalah Fawer Full Fander Sihite, S.Th.,S.H.,MAPS yang juga penulis buku Internasional Awam, pernah menjabat sebagai pengurus pusat organisasi mahasiswa di bidang
internasional dan saat ini aktif sebagai mahasiswa doktor theologi disalah satu kampus di Indonesia. (Tim).