Oleh: Putri Sepviani*
PIRAMIDA.ID- Ketahanan pangan menjadi isu yang tidak pernah lekang dimakan waktu. Sepesat-pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, kebutuhan paling mendasar manusia terhadap pangan tetap menjadi isu utama yang krusial.
Masalah ketahanan pangan di Indonesia sudah menjadi isu sentral, bahkan sejak sebelum kemerdekaan, seperti halnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Secara geografis wilayah ini terdiri dari rawa, dataran rendah, pegunungan dan kawasan pantai, sebagian dari wilayah tersebut memiliki sumber daya alam yang potensial untuk pengembangan usaha dan ketahanan pangan dalam sektor kelautan dan perikanan.
“Di waktu mendatang Tungkal perlu dikembangkan beragam pasar kuliner seperti sentra seafood dan lain sebagainya, yang kita integrasikan dengan paket wisata bahari dan pembangunan infrastruktur yang memadai,” terang Irjen. Pol. Drs. H. Syafril Nursal, S.H., M.H. mantan Kapolda Sulawesi Tengah saat diwawancara redaksi.
Dengan adanya hasil laut akan melengkapi pasar wisata dengan segmentasi khusus yang kini dikembangkan di beberapa titik di daerah Kuala Tungkal.
Selain itu calon wakil Gubernur Jambi Irjen. Pol (Purn) Drs. H. Syafril Nursal, SH, MH ini mengaku ingin mengembangkan potensi makanan dan produk olahan laut di daerah Kuala Tungkal terus berkembang hingga populer di Kota Jambi.
“Saya pernah dinas di Jember, Jawa timur, di sana yang makan olahan laut bukan orang lokal saja, tapi dari berbagai penjuru bahkan dari Surabaya juga wisata kuliner di sana, dan menurut saya Kuala Tungkal dengan segala potensi lautnya bisa menjadi alternatif wisata kuliner baru di Jambi,” ungkapnya ketika mengunjungi kota Kuala Tungkal (08/10/2020).
Kaya akan potensi laut, hal tersebut menjadikan salah satu bentuk ketahanan pangan di daerah kuala tungkal dengan menjadikan sumber penghasilan masyarakat.
Potensi pengolahan hasil perikanan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih sangat potensial untuk dikembangkan, hal ini didukung dengan adanya Sentra Pengolahan hasil perikanan yang terus dikembangkan, dengan harapan produk hasil olahan perikanan semakin beragam dan inovatif, sehingga dapat meningkatkan penghasilan masyarakat.
Potensi yang ada diperkirakan sekitar 18.000-20.000 ton/tahun yang bisa dimanfaatkan, karena dengan beragamnya hasil olahan perikanan bisa memberi nilai tambah, baik dari segi kualitas, kuantitas dan harga jual.
Unit usaha pengolahan sekarang adalah kuliner, kerupuk, terasi, ikan asin, dan pabrik es balok. Usaha-usaha tersebut semakin maju dan bisa menarik investor sehingga tenaga kerja banyak terserap pada usaha pengolahan hasil perikanan.
Dengan hal tersebut ketahanan pangan masyarakat di Kuala Tungkal menjadi cukup tersedia, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.(*)
Penulis merupakan Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Jambi.