PIRAMIDA.ID- The Impact Of COVID-19 Towards Global Education System, menjadi topik webinar yang diselenggarakan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) Minggu, 28 Februari 2020.
Dengan melibatkan anak bangsa yang sedang melanjutkan pendidikan tingkat tinggi di berbagai belahan bumi sebagai narasumber pada kegitan diskusi virtual tersebut di antaranya: Dimas Haris Sean selaku Perhimpunan Pelajar Indonesia South Korea; Nisrina Husna selaku Perhimpunan Pelajar Indonesia France; Aldion Tampubolon (Indonresian Student In Germany), dan Isten Sweno Tamba (Indonesian Student In Netherland), serta yang menjadi Keynote Speaker Dr. (H.C.) Helmy Faishal Zaini, S.T., M.Si selaku Sekjend Pengurus Besar Nahdlatul Ulama-PBNU.
Opening speech disampaikan langsung oleh Jefri Gultom selaku Ketua Umum PP GMKI.
Ia menerangkan, dampak yang dialami oleh masing-masing negara adalah di bidang ekonomi, sosio-budaya tak terlepas bidang pendidikan sekolah, kampus, tempat ibadah dan sarana umum lainnya semua ditutup dan digantikan dengan aktivitas dari rumah dengan menggunakan media online atau e-learning.
Platform Learning Management Sytem (LSM) menjadi andalan dalam proses belajar mengajar secara daring yang selanjutnya dunia pendidikan di era networking cociety menjadi supporting process.
Diharapkan melalui kiat ini adanya evaluasi serta solusi yang dapat dilakukan guna meminimalisir kendala dan permasalahan yang dihadapi mahasiswa maupun dunia pendidikan Indonesia dan global.
“Harapan terbesarnya adalah kolaborasi GMKI dengan PBNU, GMKI dengan PPI, serta GMKI dengan para kader yang ada di luar negri terus berlanjut untuk mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan,” sebut mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia itu.
Mengutip riset ISEAS 2020, Helmy Faishal Zaini mengatakan, 40% penduduk Indonesia yang punya akses internet 69% siswa kehilangan akses pendidikan dan pembelajaran, hanya keluarga mampu yang dimudahkan dengan sistem pembelajaran jarak jauh dan potret pendidikan di masa panddemi membuka tabir ketimpangan digital yang ada di Indonesia.
“Pendidikan abad ke-21 adalah jalan untuk masa depan, namun pendidikan bukan hanya soal kemampuan akademis, karakter, kreativitas dan hal-hal lain yang tak berkaitan dengan ilmu akademis menjadi kelengkapan mutlak yang diperlukan,” tandasnya.
World Economic Forum mengeluarkan laporan tentang 16 unsur bekal pendidikan seseorang pada abad 21. Dari 16 unsur tersebut, 12 di antaranya tergolong kemampuan belajar sosial dan emosional.
Dalam pemaparan para narasumber menyampaikan berbagai penerapan strategi dan upaya efesisensi berjalannya proses pembelajaran di tengan pandemi COVID-19, seperti Dimas Haris Sean menerangkam bahwa Korea Selatan sebagai negara industri benar-benar menjadikan teknologi sebagai budaya dalam proses penerapan pembelajaran dan telah tersedianya CYBNIVERSITIER UES bahkan sebelum COVID-19 muncul.
Nisrina Husni menyampaikan pemerintah sangat konsen pada pelajar baik terhadap warga negaranya atau pelajar yang berasal di luar dari negaranya untuk kemudian diberi solusinya mulai dari tempat tinggal, makanan dan minuman, kesulitan untuk memiliki laptop atau akses intenet hingga psikologinya yang memang sagat terdampak pada negara-negara Eropa.
“Banyak pelajar yang mendapatkan Soutien Financier (bantuan beasiswa) seperti biaya pendaftaran yang dibekukan hingga pelajar yang telah lulus pun tetap mendapat beasiswa 70% dengan program 1 pemuda 1 solusi,” terangnya.
Aldion Tampubolon melalui virtual diskusi yang dilaksanakan GMKI, dampak pandemi COVID-19 terhadap pendidikan di Jerman dan Indonesia sangat mempengaruhi sistem belajar, fasilitas hingga sosio emosional, penegasannya adalah pendidikan vokasi sebagai ujung tombak ekonomi Jerman.
Kemudian Isten Sweno Tamba mengatakan saat ini kita tidak bisa mengeneralisir baik buruknya sistem pendidikan sebuah negara karena pandemi Covid-19, namun dalam kondisi yang sulit ini kita harus bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik, dengan sistem yang kontekstual terhadap negara tersebut.
“Mari bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik, dengan sistem yang kontekstual terhadap negara tersebut,” tutupnya.(*)