Oleh: Muhammad Muharram Azhari*
PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata “discipline”, yaitu seseorang yang belajar atau sukarelawan yang mengikuti seorang pemimpin.
Ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu yang positif dan negatif. Yang positif adalah sarna artinya dengan pendidikan dan konseling, yaitu yang menekankan perkembangan dan dalam (inner growth) yang bentuknya self discipline dan self controll. Disiplin yang positif itu mengarahkan kepada motivasi dari dalam diri sendiri.
Yang negatif adalah yang berhubungan dengan kontrol seseoran berdasarkan otoritas luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa, dan dengan cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman (punishment).
Selanjutnya Lindgren mengemukakan bahwa ada tiga pengertian mengenai disiplin ini, yaitu:
1. Punishment (hukuman). Hal ini berarti anak perlu dihukum bila bersalah;
2. Control by enforcing obedience or orderly conduct. Hal ini berarti bahwa anak itu memerlukan seseorang yang mengontrol, mengarahkan, dan membatasi tingkah lakunya. Dalam hal ini individu dipandang tidak mampu mengarahkan, mengontrol dan membatasi tingkah lakunya sendiri;
3. Training that corrects and strengthens. Tujuan disiplin ini adalah “self discipline” (disiplin diri), dalam arti bahwa tujuan latihan adalah memberi kesempatan kepada individu untuk melakukan sesuatu beradsarkan pengarahan dan kontrolnya sendiri.
Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan proses upaya memasuki serta hasil latihan individu sejak kecil dalam menghadapi aturan-aturan, norma-norma, dan pedoman perilaku.
Maksud disiplin ini agar individu mematuhi aturan-aturan tadi demi kesejahteraan individu itu sendiri maupun anggota masyarakat lainnya. Hasil latihan itu merupakan proses pendidikan karena sagala contoh perilaku yang ditanamkan akan mempengaruhi hasil disiplin seseorang.
Hal ini akan lebih jelas dalam proses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan disiplin senantiasa merujuk kepada peraturan, atau patokan-patokan yang menjadi unsur penentu tingkah laku. Di samping itu adanya unsur pengontrolan terhadap tingkah laku supaya sesuai dengan patokan-patokan yang berlaku atau diterima masyarakat.
Lucien B Kinney telah mengadakan studi tentang pembinaan disiplin di kelas, menyatakan disiplin dapat ditingkatkan dengan:
a. Mengadakan perencanaan secara koperatif dengan siswa;
b. Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab kepada siswa;
c. Membina organisasi dan prosedur di kelas secara demokratis, mengorganisir kegiatan kelompok oleh siswa, memberi kesempatan untuk bekerja sama;
d. Memberi kesempatan berpikir kritis dan punya ide sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat;
e. Memberikan kesempatan berpartisipasi secara luas dalam berbagai kegiatan edukatif sesuai dengan kesanggupan siswa itu sendiri;
f. Menciptakan kesempatan untuk mengembangkan sikap yang dikehendaki secara psikologis, sosiologis, dan biologis.
Banyak guru baru kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak-hak tertentu di dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat.
Dalam hal khusus guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubungan program disiplin yang dibuat dengan motivasi individu para siswa. Dalam menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan bagaimana para siswa bertingkah laku dan apa yang akan terjadi bila siswa berkelakuan lain.
Beberapa problema yang akan menganggu disiplin dapat diperkirakan sejak dini. Contoh dari problema, seperti siswa yang melawan.
Terhadap hal tersebut, apakah guru membiarkan perilaku siswa yang keluar dari ketentuan yang diharapkan. Tentu saja tidak, oleh karena itu, kalau terjadi hal seperti itu tindakan preventif harus segera diterapkan.
Keberadaan guru di kelas tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum materi yang direncanakan kepada para siswa, tetapi kondisi personal disiplin para guru itu sendiri di kelas perlu ditampilkan. Materi dan disiplin harus dikaitkan kepada pemahaman umum dari apa yang diharapkan para siswa.
Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman disiplin misalnya, dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan timbulnya gangguan disiplin, yakni kegaduhan, corak susasana sekolah, pengaruh komunitas yang tidak diinginkan, ketidakteraturan dan ketidaksenjangan dalam menerapkan peraturan atau hukum. Tipe-tipe penanggulangan problema disiplin ini biasannya didekati oleh pendekatan teknik manajerial.
Misal kepala sekolah dapat meminta staf sekolah, pembina dan guru untuk mengetahui para siswa dan latar belakangnya, menyusun jadwal sebaik mungkin sehingga satu kegiatan tidak mengganggu kegiatan lain atau kegiatan berfluktuasi pada saat yang sama, menciptakan suasana seperti di rumah sendiri dengan memodifikasi sekolah secara artistik dengan tanaman hidup agar para siswa betah tinggal di sekolah.
Sekolah juga dapat mengurangi problema timbulnya gangguan disiplin dengan menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan komunitas lingkungan sekitar dan aparat keamanan lingkungan. Hubungan dan kerja sama tersebut seperti memberi kesempatan kepada masyarakat memanfaatkan sebagian fasilitas sekolah dan melibatkan mereka untuk ikut serta membangun wilayah sekitar.
Uraian di atas menunjukkan bahwa manajemen kelas dalam menanggulangi ganguan disiplin adalah hal yang kompleks. Puncaknya menumbuhkan kesadaran diri bahwa guru harus merencanakan model pendekatan sendiri yang cocok dengan tampilan diri dan pembelajarannya.
Di kelas guru harus banyak bertukar pikiran dan menanyakan kepada para siswa tentang hidup dan belajar sukses.
Sebagai calon pendidik, hendaknya harus mengetahui dan memahami bagaimana cara kita bersikap disiplin, tentunya dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu karena kita sebagai agen percontohan mereka para peserta didik, setelah nantinya menjadi seorang pendidik, dalam menyusun atau merancang aturan disiplin kelas hendaknya memperhatikan hak dan kebutuhan siswa, tentunya mengikat tetapi tidak memberatkan mereka.
Selain itu, peran dan sikap kita sebagai guru juga harus diselaraskan sesuai dengan aturan yang berlaku, karena sasaran disiplin kelas bukan hanya untuk siswa saja, melainkan juga berlaku untuk guru sebagai salah satu komponen kelas.
Daftar Rujukan
Rachman, Maman. (1998). Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Suhadinet. (2010). 8 Tips Manajemen dan Disiplin Kelas.
Yulifar, Leli (1995). Upaya Guru dalam Melaksanakan Disiplin dan Kontrol Kelas melalui Pendekatan Pendekatan Continum Pengelolaan Kelas, Tesis, Bandung: FPS IKIP Bandung
Purnama, Diana Septi (2006). Upaya Guru Dalam Mengembangkan Disiplin Belajar Siswa, Jurnal Psikologi dan Pendidikan, Yogyakarta.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat.