Oleh: Dian Sany Siagian*
PIRAMIDA.ID- Beberapa hari ini saya merasa sangat membutuhkan amunisi tambahan dalam jiwa disebabkan kepenatan yang melanda, jika bahasa anak zaman sekarang adalah healing, bagiku healing yang tepat untuk diri ini adalah menonton film sendiri dengan ditemani air hangat karena saya salah satu orang yang tidak bisa minum kopi. He he he.
Setelah itu saya ambil cok sambung, HP yang sudah disetel dengan mode malam dan siap mencari film yang akan saya tonton. Dari list film yang ada, saya menemukan film yang membuat saya tertarik, yaitu “Luckiest Girl Alive”.
Film Luckies Girl Alive adalah salah satu film yang bisa membuat saya menulis setelah film yang menurut saya adalah banditnya film. Tak menunggu lama, mari kita kaji secara seksama dengan filmnya dan apa yang spesial dari film ini.
Dimulai dari awal film menunjukkan seorang tokoh utamanya bernama Ani Fanelli yang diperankan si cantik Mila Kunis, dia memaparkan kehidupannya masa kini yang adalah sebagai Ani yang memiliki karir bagus, rumah mewah, kekasih kaya raya dan hidup di lingkungan kelas atas. Semua yang didapat kini adalah hasil kerja kerasnya, dari scan ini muncullah sisi gelap seorang Ani Fannelli.
Ani membuat dirinya sejak dahulu sampai saat dia mencapai semuanya dengan mempertontonkan apa yang disukai orang lain dan harapkan pada dirinya, seperti dia menghabiskan uang, tenaga dan waktu di tempat olaraga agar tetap memiliki bentuk tubuh yang diinginkan semua orang, dia akan memakai ornamen di dirinya yang memperlihatkan bahwa dia adalah bagian dari kalangan sosial kelas atas dan punya hak untuk berbaur dan bersosial dengan kalangan kelas atas, serta dia akan selalu menunjukkan kepada sang kekasih apa yang diinginkannya.
Di pertengahan film disampaikan Ani adalah seseorang yang sebenarnya tidak baik- baik saja. Dia memiliki segudang cerita kelam semasa SMA dan tidak dapat mengatakan pada siapa siapa sampai diumur 38 tahunnya karena beberapa faktor, yakni takut kehilangan apa yang sudah dicapainya saat ini dan tidak ada yang mau mendengarkannya. Secara singkatnya sewaktu SMA Ani adalah anak yang cerdas dan menerima beasiswa di sekolah bergensi tempat orang-orang kaya bersekolah, Ani cukup disenangi di sekolah barunya sampai dia berjumpa pada segerombolan orang kaya yang memang memilki tabiat kurang baik.
Segerombolan ini bernama Dean Barton, Andrew Larson, Liam, Pyton, dan Hillary. Ketika ada segeromnolan yang jahat pastinya ada juga yang baik tapi korban bullyan segerombolan yang jahat, dan nama grup korban bully ini adalah Arthur dan Ben.
Suatu Ketika Ani mengikuti pesta di rumah Dean umtuk bersenang-senang. Tetapi alangkah malangnya ternyata Ani menjadi korban pemerkosaan dari grup Dean CS. Setelah kejadian itu Ani merasa gelisah sampai cerita ke Arthur yang notabene yang setia mendengarkan cerita Ani karena menjadi salah satu korban kejahatan Dean CS juga.
Hari pun berganti, suasana SMA sama seperti biasa dan anak-anak mulai makan siang ke kantin, saat Ani memulai mengambil makanan di kantin, ledakan besarpun muncul dengan anak-anak terlempar kemana mana akibat ledakan tersebut. Ledakan itu adalah ulah dari Arthur dan Ben yang sudah muak dengan perlakuan yang diterima semasa SMA dan ingin balas dendam, anak-anak dalam gerombolan pembully tadi tewas kecuali Dean.
Setelah kejadian naas itu terjadi, Dean yang selamat tetapi lumpuh memberikan kesaksian bahwa dia adalah korban, sampai pada ahinya juga kesaksian dari Dean mengarah pada Ani adalah salah satu teman dari pelaku penembakan sewaktu SMA. Selama SMA sampai usia 38 tahun Ani dianggap sebagai salah satu pelaku yang beruntung karena masih bebas.
Suatu ketika seorang wartawan mendatangi Ani dan meminta kesaksian kembali tentang kejadian naas sewaktu SMA-nya yang memaksa Ani Kembali memgingat kejadian yang sudah lama ditutupinya. Awalnya Ani tidak mau dan menolak permintaan wawancara tersebut, sampai ahirnya dia menyadari bahwa dia adalah salah satu korban, korban Dean dan teman-temannya yang tidak diketahui orang, dan karna kejadian itu pula Ani tidak membuka mulut tentang kronoogi penembakan itu karena manurut Ani itu adalah aib yang tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Hal ini ditambah dengan dorongan dari ibu Ani dan sang kekasih yang mendorong Ani untuk tidak menerima tawaran wawancara tersebut dengan alasan akan membuat nama baik tercemar.
Sampai akhirnya Ani sadar bahwa sudah lama dia menahan kemauannya karena takut tidak didengar, dan merasa malu ketika meceritakan bahwa dia adalah korban pemerkosaan. Ani menyetujui wawancara itu dan menulis semua kejadian yang dialami ketika penembakan sewaktu SMA sesuai versi yang dialami Ani sendiri. Ani memulai dari awal kembali, dia berpisah dengan samng kekasih karena kekesalan kepada Ani yang tidak seperti yang diharapkan dulu, dan juga tidak berhubungan dengan ibunya karena dirasa sudah membongkar aib keluarga.
Ani pada akhirnya menjadi apa yang diinginkannya, melakukan apa yang dimau, dan menjadi manusia yang bebas berekspresi.
Itu adalah rangkuman dari cerita film Luckies Girl Alive. Pada nyatanya kisah Ani ini sungguh terjadi pada hampir semua perempuan, perawalan film sungguh sangat mencerminkan keseharian perempuan yang saat ini sunggu saya rasakan, di mana kebanyakan perempuan saat ini akan menampilkan kebahagiaan, kesuksesan saja melalui perantara media sosialnya. Banyak dari kita perempuan membatasi diri untuk berekspresi agar tidak terkena norma-norma baru. Perempuan membuat hidupnya di media sosial masing-masing seperti ajang pertunjukkan siapa yang paling bahagia, senang dan layak untuk dijadikan role model perempuan sesungguhnya dengan tidak ada merasa puas.
Perempuan sering membatasi dan dibatasi berekspresi karena mengingat satu dan lain faktor, seperti dirasa menjelekkan nama baik keluarga, mengecewakan orang terdekat dan takut diasingkan di lingkungan, serta dianggap menjadi kewajiban moral untuk menyenangkan orang dengan menunjukan sisi baik tanpa memperdulikan kondisi diri.
Film ini juga mengajarkan pada kita sampai saat ini masih banyak perempuan korban kekerasan seksual masih takut memberitakan kejadian yang dialaminya. Membatasi diri bersikap berbuat karena perempuan. Zaman saat ini sudah memberikan ruang pada perempuan sebesar-besarnya, memberikan ruang yang cukup untuk perempuan berekspresi, maka perempuan harus menyambut ruang yang diberikan padanya dengan ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial layaknya manusia seutuhnya, berekspresi bebas, melakukan kemauan dan memberikan diri hak untuk bahagia tanpa batasan.(*)
Penulis merupakan PGK PMKRI Pematangsiantar. Mahasiswa tingkat akhir Universitas Nommensen.