Agnes Manurung & Dion Siallagan*
PIRAMIDA.ID- Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai problematika yang sangat rumit di segala bidang, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dll. Misalnya dalam bidang ekonomi masih dapat dikatakan Indonesia pada saat ini masih memiliki angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, serta masih banyak kasus korupsi yang sangat merugikan masyarakat.
Jika dalam bidang pendidikan, misalnya ketidakmerataan pendidikan, krisis moral dan karakter pada kalangan peserta didik. Lebih lanjut lagi dalam bidang sosial budaya, misalnya banyaknya hoax yang ingin memecah-belah bangsa, kriminalitas, etnosentrisme, dan paham-paham lain yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
Sungguh miris sekali melihat problematika yang sedang dihadapi negara Indonesia pada saat ini, seluruh media informasi menayangkan bagaimana krisis moral ini sudah menggerogoti semua lapisan masyarakat; dari para petinggi negara hingga para generasi penerus bangsa.
Demoralisasi tidak dapat dipungkiri lagi karena telah memasuki kalangan pelajar, di mana banyak kasus anarkisme, ekstrimisme dan terjerat dalam kasus narkoba yang dapat merugikan diri sendiri dan bahkan merugikan banyak orang. Sehingga karakter dan budaya negara Indonesia pada saat ini tidak tercermin dengan baik.
Tidak henti-hentinya fenomena globalisasi selalu dijadikan titik awal dari permasalahan yang terjadi di masa pandemi saat ini. Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia dan secara tidak langsung juga nasib, sosial, politik, dan kebudayaan.
Dalam keadaan seperti ini, eksistensi kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa akan terancam keberadaannya, apabila dibiarkan, sedikit demi sedikit kebudayaan tersebut akan tergerus sehingga akan memicu timbulnya krisis identitas nasional dan akan menjadikan suatu bangsa tidak berkembang secara kreatif dalam menghadapi derasnya arus gelombang globalisasi bahkan krisis tersebut dapat mengakibatkan kepunahan suatu bangsa.
Melihat problematika yang dihadapi Indonesia saat ini, seharusnya masalah tersebut tidak hanya diselesaikan oleh pemerintah saja, tetapi bagaimana seluruh lapisan masyarakat ikut berperan aktif dalam penyelasaian masalah tersebut, terutama pada mahasiswa yang dikenal sebagai agent of change, social control, dan agent of development.
Bagaimana mahasiswa dapat berperan aktif dalam mendukung pembangunan dan mencegah penyimpangan, bukannya berperan aktif dalam melakukan penyimpangan dan mendukung keributan yang merugikan negara dan banyak orang. Sehingga penulis memberi sebuah alternatif sebagai solusi dalam penyelesaian problematika yang dihadapi negara Indonesia saat ini.
Alternative yang menjadi solusi penulis, yaitu revitalisasi peran mahasiswa, di mana revitalisasi ini memiliki makna sebagai suatu proses atau cara untuk menghidupkan kembali hal yang sangat penting. Dalam artian menghidupkan kembali peran mahasiswa sebagai upaya menciptakan pendidikan yang berkarakter dan menjunjung tinggi nilai budaya yang sempat vakum di tengah pandemi saat ini.
Mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi penerus bangsa setidaknya memberikan pengabdian terhadap negara melalui pengetahuan dan pendidikan yang sudah disandangnya dalam perguruan tinggi, baik itu mengabdi dalam bentuk memberi pengetahuan atau membuat kelas belajar gratis untuk anak-anak yang tinggal di daerah yang pendidikannya belum merata.
Atau mengabdi dalam bidang sosial, misalnya mahasiswa dapat memberikan sumbangsih dari hasil menyisihkan uang kantongnya kepada panti asuhan atau memberikan bantuan ringan untuk kesehatan di masa pandemi, misalnya masker dan handsanitizer. Sehingga mahasiswa dapat berperan aktif dalam mendukung pembangunan dan mengabdi kepada negara dan bahkan kepada masyarakat kecil.
Mahasiswa adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Dalam artian mahasiswa seharusnya memiliki ciri: berbudi luhur, kritis, kreatif, inovatif, logis/rasional, bertanggung jawab mengimplementasikan ilmunya dan menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dan kesatuan dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Ciri dan karakter tesebutlah yang harus dimiliki setiap kaum intelektual dalam mendukung perkembangan dan pembangunan serta mencegah penyimpangan sosial yang menjadi problematika yang sedang dihadapi negara Indonesia di tengah pandemi saat ini.
Berkaitan dengan karakter, ia merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Setiap insan manusia, dari berbagai lapisan masyarakat terutama kaum terpelajar dapat mengupayakan pendidikan karakter tersebut. Karena pendidikan karakter merupakan sebuah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, mengubah kebiasaan buruk, serta kesadaran dan kemauan setiap inidividu, sehingga dapat dikatakan manusia yang berkarakter dan berbudi luhur.
Tetapi melihat fakta yang terjadi saat ini lembaga pendidikan hanya mampu mencetak lulusan yang hafal teori-teori pelajaran, pintar mejawab soal-soal pertanyaan, selembar surat tanda tamat dengan nilai tinggi. Namun mampukah lembaga pendidikan mencetak manusia-manusia yang bermoral dan beriman, siap bertanggung jawab, jujur, serta displin?
Kenyataannya, pendidikan hanya mencari nilai dan bukan ilmu, pendidikan hanya sebagai syarat bukan pengetahuan, maka ditempuh dengan berbagai cara untuk mewujudkannya. Akhirnya yang muncul lulusan-lulusan yang siap kerja tapi tidak bisa bekerja, siap naik karir tapi tidak mampu berpikir dan siap meraih prestasi tapi tidak dapat beradaptasi.
Pendidikan sebagai pilar utama kehidupan bangsa ini tidak hanya dituntut untuk menghasilkan manusia-manusia cerdas dan siap berkompetisi secara global tetapi melahirkan generasi yang berkepribadian yang kuat, kepemimpinan yang tangguh serta mampu mengembangkan dan menjunjung tinggi kebudayaan bangsa.
Apalagi di tengah-tengah gencarnya arus bandang budaya asing di masa pandemi saat ini, yang belum tentu sesuai dengan karakter bangsa serta kondisi bangsa yang sedang mengalami dekadensi akibat faktor internal maupun eksternal. Diperlukan strategi budaya untuk menangkal dan memfilter produk budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter budaya bangsa Indonesia.
Penanaman nilai-nilai keindonesian melalui jalur pendidikan serta pelibatan masyarakat luas terutama kalangan mahasiswa adalah salah satu solusinya, dengan cara penanaman sikap kebanggaan terhadap kebudayaan bangsa sebagai aset bangsa, sosialisasi, dan saling tukar apresiasi produk-produk budaya yang beraneka ragam, itu adalah hal yang sangat penting untuk menumbuhkan kepemilikikan dan kebersamaan serta menumbukan sikap nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara.
Dalam aplikasinya, peran mahasiswa dalam rangka menjunjung tinggi nilai budaya sebagai identitas bangsa di tengah pandemi saat ini terdapat beberap unsur di antaranya:
Pertama, dalam menjunjung tinggi kebudayaan haruslah mengarah pada sebuah strategi kebudayaan, misalnya mewujudkan bangsa yang tangguh dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dengan Pancasila, bersemangat bebas-aktif dan mampu dalam percaturan global.
Unsur yang pertama ini harus dipegang teguh oleh mahasiswa karena mahasiswa adalah iron stock, di mana dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumnya.
Kedua, sebagai moral force dan pemeran utama dalam kontrol sosial masyarakat, karena mahasiswa yang berkualitas adalah mahasiswa yang melengkapi dirinya dengan tiga faktor, yakni kemantapan intelektual, kematangan emosional, dan kesantunan dalam berperilaku.
Ketiga, sebagai intelektual muda yang kelak menjadi penerus bangsa, pada diri mereka harus bersemayam kesadaran kultural, sehingga eksistensi kebudayaan Indonesia dapat dipertahankan dan dilestarikan.
Keempat, mahasiswa harus dapat menguasai Iptek dan IT dengan alasan dapat memberi upaya kepada masyarakat luas mengenai teknologi, karena pada hakikatnya kita berada di dunia yang global dan dinamis. Sehingga penguasaan Iptek dan IT sangat memungkinkan kita memiliki imunitas dan daya kompetisi yang kokoh agar identitas bangsa Indonesia tidak dilindas zaman bahkan dijajah secara tidak langsung oleh bangsa lain.
Dengan demikian dibutuhkan kesadaran generasi muda Indonesia, khususnya para pelajar yang mengemban pendidikan. Di sinilah tugas seorang mahasiswa sebagai insan pendidikan yang berinterlektulitas tinggi. Para mahasiswa hendaknya berpandangan jauh ke depan terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara saat ini.
Bagaimanakah peran yang diharapkan dari mahasiswa dalam menjunjung tinggi kebudayaan sebagai identitas bangsa di tengah pandemi saat ini?
Idealisme dan intelektualisme dari seorang mahasiswalah yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan bagaimana menjunjung tinggi kebudayaan di tengah pandemi saat ini. Jiwa kritis dan gagasan-gagasan yang berpijak pada ilmu dan pemikiran yang konstruktif diharapkan mampu menjadi langkah strategis dalam mendukung pembangunan dan perkembangan negara serta dapat membantu penyelesaian masalah yang dihadapi Indonesia pada masa pandemi saat ini.
Untuk itu, Indonesia sebagai negara yang siap maju, membutuhkan manusia-manusia yang berkarakter sesuai kebudayaan bangsa, negara dan agama, salah satu perwujudannya adalah pendidikan berkarakter. Pendidikan karakter diharapkan dapat mengimbangi hasil pendidikan dalam diri peserta didik.
Tentunya mahasiswa memiliki peran melaksanakan pendidikan karakter yang ada, mengontrol pelaksanaan pendidikan karakter, mengevaluasi dan tentunya menghasilkan sebuah rekomendasi-rekomendasi yang sesuai harapan bangsa , masyarakat, hingga peserta didik dan memberi contoh kepada sesama pelajar serta dapat mengimplementasikannya.
Dengan diperolehnya gambaran mengenai menghidupkan kembali peran mahasiswa dalam menciptakan pendidikan berkarakter dan menjunjung tinggi kebudayaan yang sempat vakum di tengah pandemi saat ini, maka penulis menyarankan agar mahasiswa Indonesia bukan hanya menjadi mahasiswa yang berjuang untuk memperbaiki hidupnya sendiri, tetapi mampu menjadi mahasiswa yang berjuang dan berlandaskan kepentingan bangsa sebagaimana kodratnya seorang mahasiswa itu sendiri yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam upaya aktif menjalankan perannya untuk memajukan bangsa dan juga negara.(*)
Agnes Manurung merupakan mahasiswi Prodi PGSD Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar. Partisan KSPM (Kelompok Studi Pendidikan Merdeka).
Dion Siallagan merupakan mahasiswa Prodi PKN Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.