Thompson Hs*
PIRAMIDA.ID- Adakah Sejarah Batak? Itu pertanyaan sekaligus judul satu tulisan Anthony J. Reid untuk dibuktikan ada melalui beberapa bukti dan penjelas dalam tulisan itu.
Jika teman-teman penasaran bisa cari judul itu dalam versi Inggrisnya; entah sudah ada via google atau tanpa itu. Mohon maaf, saya sudah agak lama menyimpan file tulisan itu dan terlupakan kemudian seiring dengan kerusakan iPad lama.
Akhir September 2006 saya bertemu untuk kedua kalinya dengan sejarawan yang terakhir tetap tinggal di Australia itu. Memang dia orang Australia. Namun karena tugas penelitian dan kehormatan memberikan mata kuliah di luar Australia, ahli sejarah Asia Tenggara itu pernah tinggal di Singapura dan beberapa tempat lain.
Pertemuan saya kedua kalinya dengan Anthony J. Reid berlangsung di Jakarta dan tidak saya duga karena tidak detail membaca daftar nama semua penerima Penghargaan Kebudayaan 2016 dari Kemendikbud RI. Saya memang salah satu penerima penghargaan itu dalam kategori Pelestari Opera Batak.
Anthony Reid juga penerima penghargaan kategori Orang Asing yang memberikan perhatian kepada studi ke-Indonesiaan, termasuk sejarah. M.C. Ricklefs dan Margareth Kartomi juga dua ahli dari Australia penerima penghargaan itu; yang pertama konsentrasi penelitiannya di Pulau Jawa dan yang kedua termasuk etnografi musik di Sumatera.
Anthony Reid juga menulis salah satu buku “Menuju Sejarah Sumatera”, selain “Asal Mula Konflik di Aceh”. Jadi beliau bukan sekedar Asia Tenggara yang berkutat dengan masa perdagangannya sejak Hindu-Budha.
Cerita pertemuan kedua saya dengan Anthony Reid tidak tanpa bahan. Sehingga terkesan menjadi basa-basi dan terpaksa menyerahkan satu buku “Perempuan di Pinggir Danau”. Lalu setelah menerimanya beliau setengah bertanya: Memang ada Opera Batak di tanah Batak. Saya pun menerangkan agak tergagap. Tujuan saya menggunakan kesempatan hanya sambil sarapan.
Sedangkan lirikan M.C. Ricklefs dari kursi rodanya seperti ingin sesuatu dapat terlibat. Namun saya pasti lebih gugup karena satu pun buku M.C. Ricklefs belum pernah saya baca. Hanya salah satu isi guyonan penelitiannya pernah saya dengar dari etnomusikolog Rizaldi Siagian terkait para priyayi Jawa.
Begini kira-kira guyonan itu. Rasanya sangat ideologis-teologis. Seorang priyayi Jawa dalam suasana merespon tentang agama yang dianut masing-masing dengan petinggi kolonial. Maaf, percakapan mereka entah benar guyon atau tidak. Namun dengan cara Rizaldi Siagian saya setuju jika percakapan mereka memang guyon.
Kenapa sang priyayi setelah menerima status baru itu malah tidak mau mengikuti cara atasannya, seperti mengikuti agama Nasrani yang dianut?
Sang priyayi malah ingin punya istri lebih dari satu. Lalu petinggi kolonial seakan menegaskan suatu pesan kalau dengan menjadi Nasrani sang priyayi memang tak boleh berpoligami. Itulah yang menjadi alasan kuat sang priyayi. Biarpun nanti saya punya istri tiga, namun Allah cuma satu. Sedangkan si petinggi kolonial itu beristri satu, namun Allah ya tiga. Sang priyayi tetap ingin memilih tiga istri.
Hahaha…. Itu tentang salah satu guyonan agama dan poligami terkait M.C. Ricklefs.
Kesempatan melanjutkan obrolan dengan Anthony J. Reid tidak tersambung setelah menerima buku di tangannya. Saya berharap lewat buku itu kami dapat melanjutkan topik yang perlu dibicarakan.
Pertemuan pertama saya dengan Anthony J. Reid pada waktu masih kuliah di Fakultas Sastra USU (Stambuk 87′). Saya termasuk dari penggembira di Komunitas Padang Bulan. Kebetulan Anthony J. Reid baru dari Aceh dan entah kenapa sengaja singgah di Medan. Mungkin dalam kerangka pertanyaan-pertanyaannya untuk konstelasi sejarah di Sumatera. Termasuk pertanyaan soal: Adakah Sejarah Batak?
Kami bertemu pertama kali di rumah kordinator Komunitas Padang Bulan yang meminta waktu dan mengarahkan kami semua ke sana. Saya tidak ingat apa yang disampaikan Anthony J. Reid karena tujuan kami waktu itu masih cenderung untuk mencipta puisi dan bentuk karya sastra lainnya.
Jika minat kami sudah tinggi pada sejarah waktu itu, saya pasti termasuk menyampaikan minimal satu pertanyaan yang dapat mengundang banyak penjelasan. Namun saya hanya meminta alamat email Anthony J. Reid untuk berkomunikasi. Komunikasi lewat email saya awali dengan sapaan dan pertanyaan yang ada di kepala saya waktu pertemuan di rumah kordinator Komunitas Padang Bulan.
Apakah GAM ada kaitan dengan Pahudamdam? Respon Anthony J. Reid cukup singkat: Intrik?
Sayang sekali belum pernah bisa lama bicara dengan ahli sejarah kawakan seperti mereka. Apalagi satu per satu dari mereka hanya memberikan kesempatan terakhir di Jakarta pada 2016. M.C. Ricklefs mendahului Anthony J. Reid tidak begitu lama setelah dua atau tiga tahun menerima penghargaan itu.(*)
Penulis adalah Penerima Penghargaan Kebudayaan dari Kemendikbud RI pada September 2016 dan terlibat dalam Tim Kreatif Presiden untuk Acara Karnaval Kemerdekaan Danau Toba pada Agustus 2016.