Aryanto Sitorus*
PIRAMIDA.ID- Dahulunya tahun 2013 aku tamat STM dan setelah lulus aku tidak langsung kuliah karena pada saat itu aku lebih memilih mencari pekerjaan dan akupun bekerja di salah satu perusahaan. Namun setelah 3,5 tahun bekerja akhirnya aku memutuskan resign dari perusahaan tersebut yang bernama Indomarco Prismatama.
Setelah itu tahun 2017 aku minta pada orang tuaku untuk melanjutkan study di bangku kuliah. Akhirnya aku pun kuliah. Disini lah aku mulai ada harapan mewujudkan cita-cita menjadi seorang guru karena aku mengambil Fakultas Keguruan Iilmu Pendidikan dengan jurusan Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan.
Seiring waktu berjalan aku terus menekuni kuliahku dengan harapan kelak aku akan menjadi seorang guru.
Hari ini 12 Agustus 2021 adalah di mana aku meraih gelar Sarjana Pendidikan, disingkat S.Pd. Ini adalah gelar sarjana dalam bidang pendidikan yang diberikan kepada lulusan universitas, sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan, atau sekolah tinggi ilmu pendidikan di Indonesia.
Dalam proses pencapaian ini kehidupanku tidak lepas dari dukungan keluarga dan orang-orang di lingkunganku. Mereka yang hadir dalam hidupku memiliki andil dalam membentuk pola pikirku untuk menjalani kehidupan, membentuk karakterku dalam bertumbuh, serta menambah warna-warni perjalananku. Orang-orang tersebut, di luar kesadaranku, telah menjadi panutan dalam menjalani kehidupan dan mengambil keputusan.
Begitu banyak orang-orang di luar sana yang telah menginspirasi hidupku sehingga aku semakin memantapkan diri untuk menjadi seorang calon guru. Menurut pelajaran yang kudapatkan di bangku kuliah dan pengalaman yang aku dapatkan selama magang, KKU, dan PPL untuk menjadi seorang guru sebenarnya bukanlah sesuatu yang mudah.
Karena jika aku sudah memutuskan untuk menjadi seorang guru, aku harus siap untuk menerima murid-muridku sebagai anak-anakku, layaknya seperti anak kandungku sendiri. Menjadi seorang guru bukan hanya sekedar pekerjaan. Menjadi seorang guru berarti menjadi ruang untuk anak-anak didik. Lalu, kita membantu mereka membentuk perahu mereka sendiri untuk mengarungi kehidupan.
Kita juga membekali mereka dengan dasar-dasar kehidupan sebagai kekuatan dalam menghadapi karang dan ombak ketika mengarungi samudera kehidupan kelak. Terima kasih Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Simalungun, khususnya program study PPKN yang telah memberikan kepekaan rasa, ketajaman berpikir, dan kelembutan karsa dalam gerak spirit intelektual.
Ini bukan pencapaian pribadi melainkan pencapaian bersama dalam proses belajar selama ini. Diri ini selalu dalam kondisi rentan dan krisis oleh karenanya, bagaimana selalu berupaya mengenali hasrat serta bersikap terbuka dengan orang lain, baik berasal dari kelas maupun identitas berbeda, demi merawat sebuah mimpi untuk transformasi.
Selanjutnya, bagaimana kita dapat memberikan spirit berpendidikan kepada seluruh anak-anak negeri. Jika saya merujuk kata-kata Soekarno yang mengatakan bahwa, “Bermimpilah setinggi angkasa dan jika jatuh akan jatuh pada indahnya bintang-bintang”.
Perlu digarisbawahi bahwa cerita semacam ini adalah upaya berbagi spirit serta nilai untuk merawat dan memiliki mimpi bagi anak-anak negeri ini. Demikian tulisan singkat yang bisa kubikin. Mohon doanya, mudah mudahan seperti harapanku menjadi guru bisa meningkatkan kualitas anak didik dan bisa membangun bangsa di bidang pendidikan. Amin.(*)
Penulis merupakan mahasiswa FKIP Universitas Simalungun.