Thimotius Aritonang*
PIRAMIDA.ID- Nama saya Thimotius dan saya merupakan seorang siswa dari SMP Methodist Tanjung Morawa. Saya akan menuliskan pengamatan saya bagaimana keadaan sekolah sebelum pandemi, saat pandemi, dan sesudah pandemi dari sudut pandang saya sendiri.
Covid-19 pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020. Hari makin hari dampak dari hal tersebut makin membesar dan menyebabkan banyak perubahan dalam bentuk negatif pada setiap bidang maupun setiap orang. salah satunya adalah perubahan yang berdampak pada siswa.
Sebelum terjadinya pandemi, sekolah tetap dijalankan seperti pada umumnya, yaitu secara tatap muka. Dan pada saat Covid-19 berlangsung para siswa ditetapkan untuk mengikuti pelajaran secara daring. Ada beberapa perbedaan sebelum dan sesudah Covid-19 pada siswa dan sekolah menurut pengamatan saya, yakni sebagai berikut:
Seluruh siswa biasanya takut akan telat pada saat masuk kelas dalam setiap mata pelajarandan kita para siswa berusaha untuk mencegah ketelatan. Perbedaan yang saya temukan saat pandemi ini ialah siswa sudah mulai kurang peduli dengan namanya absensi.
25% siswa mulai mengabaikan hal tersebut dan sering terjadi keterlambatan pada saat pembelajaran daring. Atau bahkan ada siswa yang tidak menghadiri kelas tersebut.
Biasanya siswa selalu mendengarkan dan mengikuti pengarahan dari guru, terutama pemberian tugas dan hal lainnya. Karena jika siswa tidak menaati hal tersebut seorang siswa akan menanggung ganjarannya. Tetapi pada saat proses pembelajaran daring berlangsung siswa mulai kurang peduli dengan tugas yang diberikan oleh para guru dan tidak peduli dengan guru ataupun nilai mereka.
Pada saat sekolah tatap muka berlangsung siswa pasti menghadapi yang namanya ujian harian ataupun ujian semester, siswa belajar dan bekerja keras untuk mendapatkan nilai terbaik pada ujian tersebut.
Berbanding terbalik pada saat pembelajaran daring; pada saat ujian diadakan siswa hanya perlu menelusuri internet dan menyalin jawaban untuk soal mereka. Lama kelamaan hal ini akan terus berlanjut sehingga siswa akan semakin malas untuk mencari jawaban sendiri dan akan bergantung pada internet.
Hal yang saya amati tersebut terjadi beberapa bulan ini.
Dan kebiasaan-kebiasaan tersebut mulai menghilang dan beberapa siswa termasuk saya berusaha untuk berkomitmen agar lebih baik pada saat melakukan pembelajaran.
Para siswa mulai terdorong untuk berubah, Dan ada beberapa faktor, seperti tugas yang cukup menumpuk dan juga bersifat repetitif. Mulai bosan dalam pembelajaran daring dan selalu berada di rumah. Kurangnya komunikasi terhadap antar siswa.
Dampak-dampak yang saya amati tersbut sudah mulai terganti akan kebiasaan yang baru dan lebih baik.
Pada 2021 direncanakan bahwa sekolah akan mulai melangsungkan pembelajaran secara tatap muka. Hal tersebut juga didasari oleh pendapat masing-masing siswa apakah tepat atau tidak jika sekolah secara tatap muka diterapkan.
Proses oembelajaran yang akan terjadi setelah pandemi bergantung kepada orangnya masing masing. Kita tidak dapat menyalahkan siswa akan kebiasaan yang berubah pada saat pandemi ataupun juga dengan guru yang memberikan tugas dalam skala besar untuk mendorong para siswa agar lebih giat.
Harapan saya adalah kita dapat menyadarkan diri agar menerapkan kebiasaan yang lebih baru dan juga lebih baik. Saya ucapkan salam kepada seluruh siswa di indonesia dan untuk tetap selalu mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.
Stay safe!
Penulis merupakan siswa kelas 9 SMP swasta Methodist Tanjung Morawa. Member English Club “One Student One Letter 2020”