Tony Sahputra Simanjorang*
PIRAMIDA.ID- Di satu pagi, saya terlambat bangun di mana membuat saya terburu-buru, tergesa mandi, dan beres-beres untuk berangkat ke kampus.
Setibanya di kampus tas ku tertinggal dan semua barang bawaan yang penting untuk mata kuliah hari ini tertinggal. Lalu aku terdiam dan membatin kecil, “Sungguh sial nasib ku.” Aku juga marah-marah kepada-Nya dan berontak di dalam hati ku.
Beberapa hari kemudian saya membaca sebuah buku, yang menyatakan semua yang kamu alami hari ini, itu tergantung dengan pilihan yang kamu ambil di hari sebelumnya atau di waktu yang lampau. Lalu saya flashback mengingat semua yang telah terjadi, musibah yang telah saya alami dan kepahitan yang sudah saya lalui.
Saya mulai mengingat kejadian beberapa hari yang lalu di mana saya terlambat untuk bangun, saya kembali kebelakang dan di situ saya mengingat bahwa saya memilih untuk tidur kurang lebih jam 03:00.
Saya tahu bahwasanya saya ada jam kuliah di pagi hari, tapi karena membenarkan semua pilihan yang salah, saya memilih untuk begadang. Saya merasa bersalah di mana saya menyalahkan semuanya mulai dari alarm yang tidak kedengaran, nasib saya dan bahkan saya menyalahkan-Nya, saya menganggap situasi yang saya alami adalah cobaan-Nya.
Semuanya tergantung dengan apa yang kita pilih hari ini untuk beberapa menit ke depan, beberapa jam, hari, bulan, dan seterusnya, itu berdasarkan apa yang kita pilih. Jika kita ingin kaya dan sukses bekerja keras lah, dan jika kita ingin nilai yang memuaskan belajar adalah solusinya.
Banyak orang termasuk saya sendiri yang iri melihat orang sukses tampa mengetahui pengorbanan apa yang sudah ia lakukan, sekeras apa dia bekarja. Namun hanya melihat hasilnya saja. Saya sering mengeluh dengan masalah apa yang saya hadapi, baik dalam studi, keluarga dan juga di masyarakat.
Andaikan saya lebih memberikan hati, pikiran dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran saya dulu, mungkin saya tidak akan sukar untuk mengikuti pembelajaran di kampus. Atau jika saya lebih terbuka, sabar, dan memahami situsai, mungkin keluarga saya masih baik baik saja. Dan juga di masyrakat.
Di sini saya ingin mengajak teman teman pembaca untuk berhenti mengeluh dan menyalahkan orang lain bahkan menyalahkan Sang Maha Pencipta atas segala kesalahan yang kita perbuat. Semua yang kita lakukan memiliki pilihan masing-masing, memiliki berbagai resiko.
Sebenarnya ini sudah menjadi pengetahuan umum untuk kita, seperti bila kita tidak makan maka kita akan lapar, lemas, dan sakit. Dan apabila kita mengidap penyakit kita menyalahkan takdir, padahal kita sendiri yang tidak makan, atau jika kita tidak minum air yang cukup untuk setiap hari, maka ginjal kita akan bermasalah, lalu jika sudah parah kita menyalahkan takdir atau kita beranggapan Tuhan tidak sayang kepada kita.
Intinya semua tergantung apa pilihan kita, jika ingin sehat olahraga teratur, makan makanan yang sehat dan minum air secukupnya.
Berhenti menyalahkan sekitar, mari mulai memilih apa kita, apa yang akan kita jalani dan menjadi pribadi seperti apa kita. Ingat untuk situasi yang normal tidak ada yang namanya takdir. Banyak orang yang beranggapan dia hidup sudah memiliki suratan, atau memiliki takdir dan ada juga orang yang mengkambing-hitam kan takdir untuk bermalas-malasan, untuk situasi yang normal, tidak ada yang namanya instan.
Tidak ada orang yang bisa langsung memiliki wawasan yang luas atau pengetahuan yang hebat, tampa belajar dan banyak membaca. Mulai lah. Berhenti mengeluh dan ambil pilihan yang terbaik untuk mu dan untuk hari mendatang, bukan mangambil pilihan yang membuat mu nyaman, tidak capek, happy-happy dan semua yang serba kemewahan. Berhenti lalu sadari dari mana kamu dan ambil pilihan yang tepat.(*)
Penulis merupakan anggota biasa PMKRI Cab. Pematangsiantar Santo Fransiskus di Assisi. Saat ini kuliah di Universitas Nommensen Pematangsiantar.