PIRAMIDA.ID- Indonesia sedang dihantam isu teror bom yang merusak suasana kebangsaan. Teror bom Gereja Katedral di Makassar pada 28 Maret 2021 silam bukan teror bom yang pertama di Indonesia. Sebelumnya 2016 terjadi ledakan bom di Gereja Oikumene Samarinda dan 2018 Gereja di Surabaya GKI, Santa Maria, GPPS.
PP GMKI melihat adanya kecenderungan rumah ibadah menjadi sasaran para teroris khususnya gereja, maka PP GMKI menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Benarkah, Teror itu untuk Umat Kristiani?”.
Kegiatan FGD ini dilaksanakan di sekretariat PP GMKI dengan metode semi-online dan dipandu oleh Indrawanto Paningaran juga sebagai Ketua Bidang Media, Komunikasi, dan Informasi PP GMKI 2020-2022.
Pada FGD tersebut sebagai pemantik diskusi adalah seorang perempuan yang pernah bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) di Suriah pada 2015-2017 dan seorang pengamat terorisme di Indonesia. Kedua narasumber ini tidak ingin disebutkan namanya.
Menurut perempuan yang sudah pernah bergabung dengan ISIS di Suriah, bahwa sasaran dari teror ini tidak hanya menyasar gereja, namun ada beberapa tempat yang menjadi sasaran teror. Di antaranya adalah polisi, Aparatur Sipil Negara, dan pemerintah.
“Gereja menjadi sasaran karena alasan kepercayaan bahwa umat Kristiani, kafir musuh Allah dapat menghambat negara Khilafah yang diinginkan,” jelas perempuan eks anggota ISIS tersebut.
Pengamat terorisme di Indonesia yang juga menjadi pemantik menambahkan, bahwa umat Kristiani menjadi sasaran ditengarai berbagai alasan, yaitu adanya unsur balas dendam, stigma mayoritas dan minoritas, serta faktor politik.
“Terorisme dan radikalisme adalah paham yang bisa merongrong keutuhan dan keamanan negara. Paham radikalisme itu adalah nyata dan kaum muda adalah sasaran rekrutmen para kelompok terorisme tersebut,” tutur pemantik diskusi.
Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan Pengururs Pusat GMKI, Prima Surbakti menyampaikan, “Terorisme ini tindakan dan pikiran yang sesat dan harus diluruskan.”
Bagi GMKI persoalan terorisme adalah persoalan bersama, oleh karena itu GMKI meminta BNPT, Polri dan Kemenag bersinergi dan lebih tegas dalam melakukan pencegahan, tindakan terorisme. Peristiwa hari ini merupakan kritik keras bagi kerja BPIP yang bertanggung jawab dalam membumikan ideologi Pancasila.
“Seluruh elemen bangsa dan negara harus bekerjasama untuk memerangi terorisme dan radikalisme yang dapat merusak keutuhan NKRI,” tutup Prima Surbakti.(*)