PIRAMIDA.ID- Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) oleh Dosen Universitas Quality Berastagi (UQB) yang terdiri dari Nani Kitti Sihaloho, S.P., M.P., Elvin Desi Martauli, S.Pt.,M.Si., dan Juan Randy, S.Pd., M.Si., dibantu mahasiswa dalam membantu survei lokasi PKM dan membantu dalam kegiatan sosialisasi PKM.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat menyiapkan generasi alpha peduli pertanian ini bertujuan untuk: (1) mengubah pola pikir (mind set) pada siswa sekolah dasar (SD) sebagai generasi alpha peduli pada bidang pertanian (2) meningkatkan kemampuan penguasaan budidaya tanaman pertanian modern hemat energi dan bersih dengan teknologi vertikultur dan hidroponik pada siswa SD, (3) memanfaatkan lahan secara produktif dengan budidaya berbagai tanaman sayuran dan tanaman obat-obatan, (4) mengenalkan jiwa kewirausahaan dini pada siswa SD, (5) meningkatkan kemampuan usaha pada pihak mitra.
Pengabdian masyarakat dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan dan pendampingan. Proses pelatihan dapat terlaksana dengan baik dan mudah dipahami oleh mitra, maka dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu ceramah, diskusi/tanya jawab, dan praktik lansung serta pendampingan. Pengabdian masyarakat dilaksanakan bersama dengan kelompok mitra, yaitu SDN No. 027089 Kota Binjai.
Tujuan Pengabdian Masyarakat
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah (1) adanya perubahan pola pikir sehingga meningkatnya kepeduliaan siswa SD generasi Alpha pada bidang pertanian (2) Adanya pemahaman siswa SD terhadap teknologi budidaya pertanian modern yang hemat energi namun sederhana yaitu teknologi pertanian Vertikultur dan Hidroponik (3) terkelolanya halaman gedung SD dan sekitar bangunan serta lahan pekarangan melalui budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat-obatan, (4) menyiapakan jiwa kewirausahaan siswa SD sebagai generasi penerus sejak dini (5) meningkatnya kebersihan lingkungan sekolah karena terkelolanya sampah dedaunan dan limbah organik sebagai pupuk organik.
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan SDN No.027089 Kota Binjai pada hari Jumat pada tanggal 06 Mei 2022, dengan sasaran yang mengikuti kegiatan Pengabdian Masyarakat “Menyiapkan Generasi Alpha Peduli Pertanian di Lingkungan SDN No 027089 Kota Binjai” adalah Siswa/Siswi Kelas 4 dan Kelas 5 SDN No.027089 Kota Binjai yang berjumlah 43 siswa.
Tahapan dalam proses penyuluhan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penyuluhan menurut Pakpahan (2017) diartikan sebagai proses aktif yang memerlukan interaksi anatar penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan perilaku seseorang dapat diamati oleh orang lain baik secara lansung maupun secara tidak lansung.
Untuk melaksanakan solusi yang ditawarkan, disusun berdasarkan skala prioritas terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kelompok mitra, yaitu:
1. Melakukan diskusi dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pengurus komite sekolah dan beberapa guru untuk menyusun formulasi permasalahan mitra yang akan diusulkan untuk diatasi bersama. Diskusi dilakukan melalui beberapa pertemuan dan kunjungan intensif. Pihak kelompok mitra secara aktif memberikan data dan alternatif penyusunan usulan kegiatan;
2. Dari berbagai permasalahan yang ada, dipilih beberapa permasalahan mendasar yang akan diatasi untuk dicarikan solusinya berdasarkan skala prioritas. Alternatif- alternatif solusi permasalahan juga didiskusikan dengan pihak sekolah dan pengurus komite SDN No 027089 Kota Binjai;
3. Penentuan alternatif solusi mempertimbangkan latar belakang siswa SD yang akan menjadi peserta kegiatan, yaitu dipilihnya 43 orang dari kelas 4 dan 5 sebagai peserta kegiatan, dengan digunakannya aplikasi materi pembelajaran yang menarik dengan tampilan gambar, video, juga dipilihnya teknologi yang mudah diterapkembangkan, mudah dipelihara dan mudah diproduksi kembali;
4. Solusi permasalahan mengacu pada teori dan metode praktis yang telah ada
Hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat menyiapkan Generasi Alpha Peduli Pertanian di Lingkungan SDN No.027089 Kota Binjai.
Murid-murid sekolah dasar yang merupakan generasi Z dan Alpha perlu dikenalkan pada sektor pertanian. Generasi yang lahir di era industri 4.0 ini sangat dekat dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Kelak diharapkan mereka dapat mendorong perubahan untuk kemajuan sektor pertanian. “Penting bagi kita meliterasi anak-anak sekolah dasar bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah.
Dan pertanian menjadi salah satu sektor yang menopang perekonomian nasional. Selain perlu memahami hasil-hasil pertanian, anak- anak sekolah dasar juga harus tahu proses yang dilakukan oleh para petani. Dari mulai mempersiapkan lahan, menyiapkan bibit tanaman pangan, menanam, merawat, hingga panen.
Di sektor pertanian juga perlu ada regenerasi. Saat ini, sebagian besar lahan pertanian di Indonesia diolah dengan cara tradisional. Masih sedikit yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk pertanian. Bahkan sebagian besar petani bergantung pada musim hujan untuk mengolah lahan pertaniannya.
Banyak lahan pertanian menganggur di musim kemarau. ”Kita berharap ke depan sektor pertanian akan semakin maju dengan memanfaatkan pesatnya perkembangan teknologi. Generasi Z dan Alpha yang dekat dengan teknologi informasi, diharapkan dapat mendorong perubahan pada sektor pertanian. Itulah pentingnya kita mengenalkan mereka pada pertanian sejak dini,” kata Nani Kitti Sihaloho, S.P., M.P.
Menjaga dan melestarikan lahan pertanian juga sangat penting di tengah pesatnya industrialisasi dan pertambahan jumlah penduduk. Jangan sampai lahan pertanian dialihfungsikan menjadi pabrik dan perumahan. Kalau itu dibiarkan, lahan pertanian akan semakin sempit, dan upaya memenuhi kebutuhan pangan akan mengalami kesulitan.
“Kita harus membangun generasi bangsa yang mencintai pertanian. Generasi yang akan menjaga, melindungi dan memajukan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan secara berkelanjutan,” kata Elvin Desi Martauli, S.Pt.,M.Si.
Selain dikenalkan pada pertanian, lanjutnya, anak-anak sekolah dasar juga harus diberikan pemahaman enam literasi dasar sebagai modal mereka meningkatkan kompetensi dirinya.
Enam literasi dasar tersebut adalah literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, iterasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.
Dalam pengabdian tersebut, Tim pengbabdian Juan Randy Simamora, S.Pd., M.Si., menjelaskan sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani. Jadi anak-anak di sejak dini sudah dikenalkan dengan pertanian tanpa diajarkan oleh guru.
“Meski demikian literasi tani kami masukkan ke dalam kegiatan sekolah seperti kurikuler, intrakulikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Mengedukasi anak-anak tentang pertanian di Binjai dilakukan secara langsung ke sumbernya, yaitu lahan pertanian yang sering diistilahkan oleh para guru dan murid-muridnya sebagai laboratorium raksasa karena alam terbuka. Sebab, kalau hanya mengandalkan ruang kelas, pengenalan pada sektor pertanian kurang maksimal,” ujar Nani Kitti Sihaloho, S.P., M.P.
Nani selaku ketua tim pengabdian mengatakan, pembiasaan pengenalan pangan terus dilakukan kepada peserta didik di sekolahnya. Karena menurutnya tak kenal maka tak sayang. Pengenalan pangan dan petani ke peserta didik dilakukan dari apa yang ada di sekitar.
“Edukasi yang kita lakukan adalah dimulai dari tanaman yang ada di lingkungan sekolah dulu. Mulai kita rawat, kita cintai, kita pelihara dan kita lestarikan sampai kita memanfaatkan untuk kehidupan kita. Jadi anak-anak setidaknya dikenalkan dulu mencintai, merawat yang ada di lingkungan di sekolah dan di rumah,” ucapnya.
Terkait rendahnya minat generasi muda di bidang pertanian, belum ada sikap yang mendukung. Menyitir pendapat Ajzen terkait Planned Behavior Theory, disebutnya, sikap merupakan anteseden pertama bagi minat dan perilaku. Oleh karena itu, upaya membangun minat dan perilaku generasi muda terdidik untuk berwirausaha pertanian perlu didukung dengan strategi membentuk sikap yang positif.
“Sikap terbentuk berdasarkan basis informasi. Secara umum, sikap dapat dibentuk oleh berbagai faktor, namun dalam penelitian mengajukan ini model pembentukan sikap yang dibangun oleh personalitas, akses informasi, dan pengalaman diri langsung. Penelitian menekankan peranan pengalaman diri langsung dalam model yang diajukan karena adanya peranan penting pengalaman diri langsung dalam pembentukan sikap,” jelasnya.
Dari penelitian dinyatakan sikap positif generasi muda terdidik dapat dibentuk dengan strategi peningkatan personalitas, akses informasi, dan pengalaman diri langsung: kualitas informasi, konsultasi, magang, studi banding, FGD.
Sikap positif generasi muda terdidik hendaknya didorong agar terwujud menjadi minat dan perilaku berwirausaha pertanian, dengan cara: membangun norma subjektif yang positif, yaitu lingkungan sekitar yang mendukung untuk berwirausaha pertanian, dan menciptakan kontrol perilaku yang juga positif, yaitu dengan menyediakan kemudahan, terutama dengan meningkatkan kompetensi.
Selain itu, mendorong sikap positif menjadi perilaku juga ditempuh dengan strategi meningkatkan self-efhcacy, dengan cara meningkatkan kualitas pengalaman diri, melihat pengalaman orang lain (studi banding), dan persuasi dengan mengoptimalkan media berbasis internet, terutama media sosial.
“Karenanya perlu keberlanjutan dan peningkatan kualitas PWMP dan upaya sejenis sebagai strategi penumbuhan wirausahawan muda pertanian, baik melalui pendidikan maupun penyuluhan pertanian, integrasi experiental Ieaming wirausaha pertanian dengan kurikulum utama, mentoring intensif dan tepat, membentuk asosiasi wirausahawan muda pertanian, peningkatan kualitas penerapan e-commerce melalui persuasi dan pelatihan,” tukasnya.(*)