Oleh: Repsol Pernando Togatorop*
PIRAMIDA.ID- Selamat Hari Sumpah Pemuda yang ke-94 tahun. Merdeka! Peringatan Hari Sumpah Pemuda merupakan hari besar yang sangat bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Tepatnya pada tangga 27- 28 Oktober 1928, digelar Kongres Pemuda II. Para pemuda Indonesia bersatu untuk membuat keputusan/ikrar. Ikrar itulah yang sampai saat ini kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Dalam buku Menguak Misteri Sejarah (2010), Kongres Pemuda II yang dipimpin ole Sugondo Joyopuspito, kemudian dikenal dengan tujuan Sumpah Pemuda memiliki maksud, yakni melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemuda Indonesia, membicarakan masalah pergerakan Indonesia, memperkuat kesadaran bangsa Indonesia, dan memperteguh persatuan Indonesia.
“Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia,” demikian ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Jika dikaji secara mendalam Sumpah Pemuda mengajarkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini juga menjadi pembuktian bahwa perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat disatukan dan sebagai manifestasi “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu (suku, agama, budaya, bahasa daerah).
Sumpah Pemuda mengandung nilai-nilai patriotisme, cinta tanah air, persatuan (nasionalisme), kegotongroyongan. Selain itu Sumpah Pemuda dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Peringatan secara nasionalnya pertama kali, diperingati pada tahun 1957. Masa di mana Soekarno sedang aktif mengkonsolidasikan kekuatannya bersama dengan TNI-AD yang saat itu dipimpin oleh Nasution. Sumpah Pemuda merupakan warisan simbolistik masa peralihan dari demokrasi parlementer ke demokrasi terpimpin.
Wacana Sumpah Pemuda sebagai alat pemersatu/pelanggengan kekuasaan, dalam tafsiran teorinya, Friedrich Nietzche seorang filsuf Jerman mengatakan bahwa sejarah itu adalah sesuatu yang begitu gemulai, sehingga sangat gampang untuk diperkosa, sebagaimana keperluan masa itu.
Nah Sumpah Pemuda saat itu seolah merupakan sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk keperluan pada masanya. Teks Sumpah Pemuda yang ada sekarang ini juga disebut-sebut sebagai produk masa depan terutama kata-kata ‘satu’ yang ada di tiap poin Sumpah Pemuda itu. Kata-kata ‘satu’ dibuat pada era Soekarno tersebut adalah karena adanya ramalan ataupun kekhawatiran Soekarno sendiri, untuk menghindari adanya kegiatan yang berusaha memecah belah bangsa.
Hal yang sama terjadi ketika sejarah Majapahit seolah menjadi hegemoni, yang berusaha menyatukan nusantara, akan tetapi disisi lain sejarah Majapahit dan Gajah Mada, Sumpah Palapa adalah wacana yang didesain sebagai alat pelanggeng kekuasaan secara turun-temurun.
Terlepas dari sebuah analisis patahan sejarah tersebut, Sumpah Pemuda bagi sebagian masyarakat Indonesia bukanlah sekedar sumpah yang hanya diteriakkan sesaat kemudian dilupakan. Namun lebih dari itu mampu mengobarkan semangat persaudaraan, persatuan dan nasionalisme.
Sumpah pemuda dalam perjalanannya sangat berperan penting atas bangkit dan bersatunya seluruh rakyat Indonesia melawan penjajahan, niat yang muncul dari hati tanpa iming-iming, kemudian yang ada hanyalah pilihan merdeka atau mati.
Kemudian di waktu sekarang, di momen Sumpah Pemuda ini, tak salah jika semua warga negara kembali meneriakkan dan menggelorakan semangat sumpah itu.
Bicara soal persatuan dan nasionalisme kedua hal itu adalah harga mati, semangat sumpah pemuda akan terus berkobar di dada setiap pejuang Indonesia. Dengan satu tekad dan satu semangat, satu tanah air, satu bangsa satu bahasa persatuan.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jambi. Kader GMNI Cabang Jambi.