PIRAMIDA.ID- Apa yang menjadi unsur paling esensial dari teater? Yah, ada banyak yang penting dalam teater, karena teater adalah kerja kolektif. Tapi, semuanya akan sepakat dengan satu hal, bahwa unsur paling esensial dalam teater adalah; aktor!
Yah, berbicara tentang aktor, tentunya kita akan berbicara tentang tugasnya sebagai pemegang peran atau menjadi tokoh dalam sebuah lakon. Berdasarkan metode Stanislavsky, terkait tokoh dan penokohan yang mesti dilakoni aktor itu berdasar pada “situasi terberi” (given circumstances). Apa saja “yang diberikan naskah”?
Untuk tokoh, maka mulai dari nama, umur, jenis kelamin, karakter, ciri fisik, status, psikologis, dan sebagainya, semuanya adalah situasi terberi dari sebuah naskah. Maka karena itu, seorang aktor mesti menganalisa naskah lebih dalam dan berdiskusi dengan teman-teman serta sutradaranya untuk mendapatkan karakter yang tepat.
Tapi, apa sebenarnya definisi tokoh? Seperti yang disebut di atas, tokoh adalah pemegang peran tertentu dalam drama. Dalam artikel ini, akan dibahas jenis-jenis tokoh berdasarkan banyak hal.
Berdasarkan Peran
Ini yang paling familiar, tokoh protagonis, antagonis dan tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh utama, dia pemilik kehendak tentang kebaikan, cita-cita, kebijakan dan sisi positif. Itulah kenapa tokoh protagonis sering juga disebut tokoh yang baik. Tapi, tidak di semua naskah si protagonis ini menang, loh.
Berikutnya adalah tokoh antagonis. Definisi aslinya adalah tokoh yang menentang kehendak dari tokoh utama (protagonis). Karena tokoh utama pemilik kehendak yang baik, dan tokoh antagonis ini menentangnya, maka tokoh ini sering juga disebut tokoh yang jahat. Nah, untuk menambah bumbu cerita, maka sering muncul tokoh tritagonis yang menjadi penengah, atau berdiri di antara tokoh yang memiliki kehendak (protagonis) dengan tokoh penentangnya (antagonis). Tokoh protagonis, ditujukan untuk mengambil empati dari penonton, sedangkan tokoh antagonis diciptakan untuk menciptakan adanya konflik.
Selain ketiga jenis itu (protagonis, antagonis dan tritagonis) ada jenis tokoh lainnya berdasarkan peran. Ada tokoh deutragonis, foil dan utility. Tokoh deutragonis adalah tokoh yang mendukung, memihak dan membantu tokoh protagonis. Sedangkan tokoh foil adalah tokoh yang (biasanya) berpihak pada tokoh antagonis. Tokoh foil terlibat dalam konflik (baik secara langsung maupun tidak langsung) dan ia juga berperan besar untuk menyelesaikan cerita. Sedangkan tokoh utility adalah tokoh pelengkap. Tapi, tokoh utility justru kebanyakan adalah tokoh yang “menyampaikan suara asli penulis” dalam berbagai naskah.
Berdasarkan Keterlibatan dalam Cerita
Selain itu, ada juga istilah Tokoh Sentral, Tokoh Bawahan dan Tokoh Latar. Ketiganya adalah jenis tokoh yang dilihat dari keterlibatannya menggerakkan alur cerita. Tokoh sentral adalah tokoh yang paling berpotensi untuk menggerakkan alur, ia menjadi pusat cerita dan bahkan menjadi penyebab konflik tersebut terjadi. Tokoh bawahan adalah istilah untuk tokoh yang ikut menggerakkan dan mengembangkan alur, tapi tidak begitu besar pengaruhnya. Sedangkan tokoh latar adalah istilah untuk tokoh yang “melengkapi” cerita, untuk menghidupkan suasana dan latar. Tokoh latar sering pula disebut dengan istilah tokoh tambahan.
Berdasarkan Karakter dan Perwatakan
Ada jenis tokoh yang punya sifat yang monoton, dari awal drama sampai akhir. Biasanya, tokoh ini disebut dengan istilah tokoh sederhana (flat). Tapi, bila menunjukkan perkembangan, perubahan dan perbedaan, maka tokoh ini disebut dengan istilah tokoh bulat (round). Tokoh yang tidak berkembang, atau tidak berubah (secara esensi) sering pula disebut tokoh statis. Sedangkan yang mengalami perubahan, terutama perubahannya signifikan, disebut tokoh berkembang.
Ada juga karakter tokoh yang gerak-geriknya tidak wajar, kadang bersifat simbolis saja, kadang unik, maka tokoh ini disebut tokoh teatrikal. Tokoh yang satu ini jarang ditemukan di lakon realis, tapi di lakon klasik, ia sering sekali muncul.
Terakhir, adalah tokoh karikatural. Tokoh ini satir, geraknya kadang di-stilir, kata-katanya menyindir dan berlebihan. Ia kadang hadir sebagai kelucuan di tengah konflik atau kesedihan, dan di kesempatan lain muncul sebagai keriangan di tengah ketegangan.(*)
Pojok Seni