Samuel Tampubolon*
PIRAMIDA.ID- Bung Karno selalu menyimpan sisi romantika perjalanan hidup yang menarik untuk dibahas. Ia pemimpin berdimensi Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang, ideolog, sang Proklamator, dan penggali Pancasila.
Bung Karno! Demikian nama besarnya sudah menggema di mana-mana; namanya tidak hanya berkumandang di Indonesia atau Asia, tetapi di seluruh belahan dunia. Kharismanya tidak hanya bertahan dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, melainkan hingga bertahun-tahun, dari generasi lintas generasi.
Semangat juangnya yang tidak terpatahkan masih menjadi sebuah fenemona yang tidak terkalahkan hingga detik ini.
Membahas Bung Karno memang tidak akan pernah ada habisnya. Selalu saja ada cerita yang bisa dilihat dari sosok pemimpin progresif revolusioner ini.
Di mata dunia, Soekarno adalah seseorang yang cerdas, pujian tersebut dapat dilihat dari 26 gelar doktor honoris causa yang pernah diperolehnya.
Bung Karno juga sering berorasi dalam podium perjuangan melawan penjajah. Kelihaian dalam berpidato ini sangat digemari oleh para pejuang, karena melalui kata-katanya dapat membuka jalan pikiran dan membakar semangat berkali-kali lipat para pendengarnya untuk melawan penjajahan.
Kelihaian merangkai kata dengan intonasi yang menggugah semangat juang para pendengarnya, membuat Bung Karno dijuluki sebagai The Greats Speaker. Perjuangan menjadi The Greats Speaker tidaklah mudah, Bung Karno banyak belajar dari Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto yang sangat mempengaruhi perjalanan hidup dan semangat kepemimpinan Bung Karno, termasuk dalam hal berpidato.
Bung Karno muda sering belajar berpidato di kamar tidurnya agar kelak beliau dapat menyamai Tjokroaminoto, tokoh Islamis yang sangat Bung Karno kagumi itu.
Soekarno didaulat sebagai seorang orator ulung atau The Greats Speaker, dan menurut Kapita M.S dan Maletin N.P berkata, “Beberapa kata atau kalimat ia ucapkan dengan berbisik, dalam ketenangan yang membeku dan para hadirin degdegan menghirup kata-katanya. Kadang suaranya bernada seperti tanda bahaya, seperti ajakan seperti teriakan komando yang membuat orang-orang seperti terhipnotis, seperti terangkum oleh suatu semangat dan dengan gemuruh mulai mengeluarkn perasaannya.”
Selaras dengan Maletin dan Kapita tentu kita dapat melihat beberapa bukti pidato Soekarno yang mampu menghipnotis dan membakar semangat revolusi para pendengar masyrakat Indonesia maupun dunia, seperti pidato di berbagai forum persiapan kemerdekaan Indonesia seperti BPUPKI.
Bung Karno menjadi salah satu tokoh yang berpidato menyampaikan gagasannya terkait Pancasila sebagai Dasar Negara pada 1 Juni 1945.
Demikian juga pidato Bung Karno di PBB pada 30 September 1960, pidato Bung Karno pada saat Kongres AS dan pidato Bung Karno pada peringatan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1963.
Pidato-pidato itu pun sangat terkenal dengan pidato Genta Suara Revolusi.
Meski dikenal garang dan berapi-api saat di podium, namun Bung Karno juga memiliki sisi sentimentil yang membuatnya meneteskan air mata ketika berpidato.
Tak ayal, Bung Karno adalah ikon indah yang dimiliki bangsa Indonesia. Jejak nama, pengalaman hidupnya, dan semangat progresif revolusionernya dapat menjadi pembelajaran bagi kita sebagai generasi penerus bangsa. Merdeka!
Penulis merupakan Ketua DPC GMNI Cabang Pematangsiantar.
Editor: Red/Hen