PIRAMIDA.ID- Tiga negara siap meluncurkan misi ambisius ke Mars nyaris simultan pada bulan Juli ini. Amerika Serikat ingin mempertahankan dominasi luar angkasanya, dengan melanjutkan misi penerbangan ke planet Mars. Namun Cina kini juga tidak mau kalah. Bahkan negara sekecil Uni Emirat Arab punya ambisi menyaingi dua raksasa itu dalam penelitian ke planet merah tetangga Bumi.
Tiga peluncuran wahana penelitian ke planet Mars yang nyaris simultan itu bukanlah suatu kebetulan. Timing waktu yang tepat, berupa semacam jendela yang hanya berlaku sebulan dalam periode tertentu, mendikte misi ke planet merah itu.
Koridor waktu yang ideal itu adalah saat Mars dan Bumi berada dalam satu garis dengan Matahari, yang periodenya terjadi sekali dalam 26 minggu. Dalam kondisi ideal tsb, waktu perjalanan dan kebutuhan bahan bakar bisa diminimalkan.
Planet Mars sejak lama jadi sumber imajinasi dan punya daya tarik amat kuat untuk misi luar angkasa setelah misi ke bulan. Namun misi ke planet merah itu juga terbukti cukup sulit, dan bahkan jadi kuburan sejumlah proyek ambisius.
Amerika tetap mendominasi
Sejumlah wahana ruang angkasa dilaporkan meledak, terbakar habis atau terbanting saat mendarat di planet merah itu. Jumlah kegagalan misi ke Mars mencapai kuota sekitar 50%. Upaya Cina yang berkolaborasi dengan Rusia untuk mendaratkan wahana di planet Mars pada 2011 misalnya, berakhir dengan kegagalan.
Sejauh ini hanya Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berhasil mendaratkan wahananya di planet Mars. Seluruhnya ada delapan wahana AS yang mendarat di Mars, dimulai dengan dua misi Viking pada 1976, Pathfinder (1997), Spirit dan Opportunity (2004), Phoenix (2008), Curiosity (2012) dan InSight (2018). Sementara Uni Soviet mendaratkan wahana Mars3 di planet merah itu pada tahun 1971 dan 1973 dengan mendaratkan wahana Mars 6.
Apakah di Planet Mars Ada Kehidupan?
Sedangkan enam lagi wahana luar angkasa, melakukan riset dari orbit planet merah itu, masing-masing tiga wahana milik AS, dua wahana milik Eropa dan satu wahana milik India.
Preserverance dari AS
Dalam misi kali ini Amerika Serikat akan mengrim wahana yang diberi nama Preserverance. Wahana ini direncanakan mendarat di sebuah delta sungai purba di Mars yang diberi nama Jezero Crater yang penuh dengan bongkahan batu, bukit pasir, tebing, dan jurang. Sebuah lokasi pendaratan yang berbahaya dan bisa mengagalkan misinya.
Namun, pemilihan Jezero Crater sebagai lokasi pendaratan dari 60 potensi lokasi pendaratan lainnya juga sudah dipertimbangkan matang. Kawasan ini diperkirakan menyimpan potensi kehidupan mikro organisme dalam lapisan tipis berumpur di dasar kawah.
Kawasan itu pada 3,5 milyar tahun lalu diperkirakan digenangi air, dan diharapkan masih ada sisanya di dasarnya. Atau paling tidak misi tersebut bisa menemukan jejak mikoroba pada lapisan sedimen.
Kamera pada wahana penjelajah Mars Amerika itu akan melakukan uji coba pembuatan oksigen dari karbon dioksida yang eksis di atmosfer tipis planet Mars. Ekstraksi oksigen di masa depan dapat digunakan para astronot di Mars untuk bernafas maupun untuk membuat bahan bakar roket.
Wahana AMAL dari Uni Emirat Arab
Dari ketiga misi ke planet Mars itu, yang paling menarik adalah yang diluncurkan oleh Uni Emirat Arab, negara kecil di kawasan Teluk Persia. Wahana orbiter UEA diberi nama Amal yang berati harapan dalam bahasa Arab, diluncurkan dari Jepang.
Ini merupakan misi antar planet pertama dari dunia Arab. Wahana ruang angkasa itu dibangun bekerjasama dengan University of Colorado di Boulder. Targetnya, wahana tersebut sudah sampai di orbit Mars di tahun dimana Uni Emirat Arab merayakan 50 tahun berdirinya negara itu.
“Uni Emirat Arab ingin mengirim pesan kuat kepada kaum muda Arab. Pesannya, Uni Emirat Arab bisa mencapai Mars kurang dari 50 tahun setelah berdiri,… Anda pasti bisa lebih dari itu, Yang paling menarik dari luar angkasa, standarnya digantung sangat tinggi“, ujar Omran Sharaf, manajer proyek Amal.
Dikendalikan dari Dubai, stasiun cuaca luar angkasa itu akan mengorbit setinggi 22.000 hingga 44.000 kilometer di atas Mars. Misinya meneliti atmosfir bagian atas dan perubahan iklim di planet Merah itu.
Tianwen dari Cina
Cina dengan ambisi dominasi ruang angkasanya akan mengirim orbiter dan wahana peneliti rover permukaan Mars yang diberi nama Tianwen-1 yang berarti “pertanyaan bagi surga“ dalam bahasa Mandarin. Wahana ini akan diluncuran dari stasiun ruang angkasa pulau Hainan di selatan Cina.
Setelah misi pertama bersama Rusia tahun 2011 lalu gagal, Beijing memutuskan melakukan misinya sendiri. “Tujuannya sama dengan misi negara lainnya. Yakni mengembangkan kapabilitas untuk meneliti alam semesta, berinvestasi pada sumber daya masa depan dan tentu saja menciptakan pengaruh politik global dan gengsi nasional,“ ujar Chen Lan, analis independen di GoTaikonauts.com kepada kantor berita AFP.
Program luar angkasa Cina itu dikendalikan oleh militer, dan hanya sedikit merilis informasi terkait misinya. Bocoran dari para blogger antariksa Cina menyebut, robot penjelajah Mars atau rover beratnya 200 kilogram, punya enam roda dan empat panel surya.
Sun Zezhou, pimpinan para insinyur rover Tianwen-1 menyebutkan, robot akan menjelajah permukaan Mars selama tiga bulan dan melakukan analisis tanah serta atmosfer Mars. Selain itu, akan membuat foto, peta, serta menyelidiki kemungkinan adanya kehidupan di masa lalu di planet merah itu.
Sumber: DW Indonesia