PIRAMIDA.ID- Salah satu hal yang menjengkelkan dalam menjalani hidup yang penuh nelangsa ini ialah tatkala kita bertemu dan berbicara dengan orang-orang yang gemar berucap sumpah atas nama Tuhan.
Acap kali, dalam perbincangan keseharian yang penuh canda dan tawa sekalipun, ada saja kesempatan maupun momentum digunakan untuk membumbuinya dengan bersumpah.
Tujuannya, ya agar melegitimasi (dan mempertahankan) kebenaran klaim si pemekik sumpah tersebut – iya, meski kita tahu, pengucapan ini juga tak jarang kita temui sekadar untuk menyamarkan kebohongannya saja.
Dan, sialnya, jenis manusia-manusia seperti ini tumbuh menjamur di masyarakat kita. Dari kalangan terdidik sampai sudra pengetahuan; dari orang kota sampai orang desa; dari para pejabat sampai kalangan sipil, semuanya telah tersusupi. Semacam sebuah tradisi dan kelatahan bagi jenis manusia ini untuk bersumpah sembarang.
Padahal, kan, bersumpah itu sesuatu yang berasosiasi dengan kesakralan dan sarat nilai kesucian. Ia memperbincangkan hubungan yang vertikal; antara pribadi manusia dengan otoritas di atas manusia, yakni Tuhan Yang Maha Esa.
Dan kita juga tahu, karena kesakralannya ini jua, momentum bersumpah turut andil dalam protokoler resmi kenegaraan, baik pengangkatan, pelantikan, atau serah-terima jabatan publik.
Bersumpah juga turut menjadi kewajiban dalam pra-proses memberi keterangan atau bersaksi saat di persidangan. Dengan medium Kitab Suci yang diletakkan di atas kepala, tak pelak, suasana mengucapkan sumpah terasa begitu menegangkan.
Bayangkan! Sumpah mengatasnamakan Tuhan yang senantiasa hadir dalam ruang formal dan buat menegangkan itu kini tak ubahnya sebagai sesuatu yang kehilangan kesakralannya bila dengan gampang dan latahnya kita ikut mengucapkannya (hanya) dalam perbincangan sehari-hari.
Ntar kualat, baru tahu rasa!
Karenanya, saya ingin berbagi tips-tips untuk mengurangi kelatahan bersumpah di percakapan sehari-hari masyarakat kita ini. Berikut tipsnya.
#1. Biasakan Menjadi Pribadi yang Jujur
Tips yang pertama dan utama ialah mulailah membiasakan diri untuk menjadi seorang yang dikenal sebagai pribadi yang jujur dan ucapan kita dapat dipercaya di lingkaran percakapan sehari-hari. Sesederhana itu.
Acap kali, orang yang kerap sembarang dan latah bersumpah adalah orang-orang yang tidak dapat dipercaya hingga memakai medium bersumpah sebagai alat justifikasi untuk mengalih-yakinkannya.
Maka, dengan Anda menjadi pribadi yang jujur dan ucapannya dapat dipercaya, sudah barang tentu tidak perlu repot-repot untuk bersumpah, bukan?
#2. Bersumpah atas nama Roh Nenek Moyang atau Hal Keramat
Poin penting dalam tips ini ialah mengganti objek mengatasnamakan sumpah tersebut. Tak perlu melibatkan sosok Tuhan Yang Maha Esa dalam kelatahan bersumpah sembarang di saat percakapan sehari-hari yang memuakkan ini.
Jangan sekali-kali kita mereduksi keagungan-Nya.
Bukankah kita diperintahkan untuk tidak sembarang menyebut nama Tuhan? Karenanya, lebih membumi saja. Dengan mengatasnamakan roh nenek moyang dan hal yang dianggap keramat oleh si pengucap sumpah, misalnya.
Ini tips yang saya rasa cukup jitu memangkas kelatahan bersumpah. Alasannya sederhana. Masyarakat kita ini unik. Meski kita telah hidup di era digital, dengan kampanye Revolusi 4.0-nya, kepercayaan terhadap mistis itu masih amat melekat bagi umumnya masyarakat.
Salah satu contoh baik ialah soal “tradisi” membuang sampah sembarang di sungai. Orang akan cenderung lebih menaati imbauan atau larangan membuang sampah di sungai karena sungai tersebut diberi narasi keramat, ketimbang imbauan atau larangan membuang sampah yang dilandasi narasi akan menyebabkan banjir meluap di sungai.
Di sinilah sisi menariknya. Masyarakat kita dapat memadukan dan selaras hidup dengan dua hal kontradiksi ini: mitos dan teknologi.
Dus, bilamana ada yang saat berbicara mulai latah membawa-bawa sumpah, segera cut pembicaraan dan giring nuansa pengucapan sumpah itu dalam balutan kemistisan mengatasnamakan roh nenek moyang atau hal keramat. Pasti efektif untuk menjerakan beliau untuk latah bersumpah.
#3. Menyertakan Media Sajen
Sejurus dengan tips sebelumnya, dengan menyertakan media sajen berupa dupa, bunga mawar, air cuka, cerutu atau rokok gudang garam merah yang diberikan pada si pengucap sumpah tatkala ia mulai latah bersumpah, maka suasana jadi terasa mencekam dan mistis.
Tak ayal, secara psikis ini akan menimbulkan ketakutan dan keringatan dingin luar dan dalam baginya. Yakin, deh, gak bakal latah lagi bersumpah setelahnya.
#4. Bersumpah mengatasnamakan Keselamatan Orangtuanya
Bila kedua tips di atas terasa mencekam dan menyeramkan dilakukan, maka ada tips lainnya yang lebih soft namun efektif, yakni bersumpah mengatasnamakan keselamatan orangtuanya.
Pasti orang yang latah bersumpah tersebut tak akan berani.
Lah, iya. Siapa juga yang mau mempertaruhkan keselamatan orangtuanya hanya karena kelatahan bersumpah dalam perbincangan sehari-harinya. Durhaka. Mau dikutuk jadi batu?
Demikian tips-tips dari saya. Silakan diaplikasikan guna menutup kran latah dan sembarangnya bersumpah. Kembalikan sakralitas dan kesucian dari term sumpah.
Iya, mengaplikasikannya bisa dimulai dari pasangan Anda. Bila dia mulai ngegombal sembari bersumpah ingin sehidup-semati dengan mu, langsung sertakan media sajen di hadapannya. Bila dia kemudian keringat dingin dan pucat karenanya, putuskan saja!
Kan, ada aku yang menantimu. Uhuk!
Editor: Red/Hen