PIRAMIDA.ID- Kelompok usia 18 sampai 59 tahun masuk dalam gelombang pertama vaksinasi massal Covid-19 di Indonesia pekan depan, sementara mereka yang berusia 60 tahun ke atas tidak diprioritaskan mendapat vaksinasi.
Strategi ini berbeda dari negara-negara lain yang telah memulai vaksinasi, misalnya Inggris dan Amerika Serikat, yang umumnya memprioritaskan kelompok lansia setelah tenaga kesehatan.
Salah seorang juru bicara vaksinasi Covid-19 mengatakan bahwa dengan memberi kekebalan pada warga berusia 18-59 tahun, “warga yang lebih tua bisa ikut terlindungi”.
Pakar epidemiologi memperingatkan bahwa kelompok lansia harus dilindungi sambil menunggu adanya vaksin yang dianggap aman untuk mereka.
Dalam petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi Covid-19 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada tanggal 2 Januari, dijabarkan bahwa vaksinasi dilaksanakan dalam empat tahap.
Tahap pertama, dengan waktu pelaksanaan Januari sampai April 2021, menyasar tenaga kesehatan dan pekerja lainnya yang bertugas di garis depan penanganan pandemi.
Tahap kedua, dalam periode yang sama, menyasar petugas pelayanan publik dan kelompok usia lanjut yaitu 60 tahun ke atas.
Tahap tiga dan empat, dilaksanakan April 2021 sampai Maret 2022, menyasar kelompok masyarakat rentan dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai ketersediaan vaksin.
Alasan lansia tidak divaksin duluan
Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan warga usia 60 tahun ke atas tidak diprioritaskan sebagai penerima vaksin dalam tahap pertama karena pemerintah ingin menjamin keamanan vaksin bagi kelompok usia tersebut.
Seperti diketahui, dalam tahap pertama vaksinasi Indonesia akan menggunakan CoronaVac dari perusahaan asal China, Sinovac.
Uji klinis fase 3 vaksin tersebut di Indonesia, yang dilaksanakan sejak Agustus lalu, melibatkan kelompok usia 18-59 tahun.
Adapun untuk kelompok usia 60 tahun ke atas, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menunggu hasil uji klinis di Brasil, Turki, dan Chile yang melibatkan kelompok usia tersebut.
“Bukan kita tidak memprioritaskan lansia, hanya saja kita masih membutuhkan data-data atau kajian yang lebih lanjut tentang penggunaan vaksin pada usia lansia ini,” kata Siti.
Sebanyak tiga juta dosis vaksin Sinovac sudah tiba di Indonesia, dan sisanya akan dikirim dalam bentuk curah (bulk) sebanyak 122 juta dosis. BPOM saat ini tengah mengevaluasi data dari uji klinis sebelum memberikan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA).
Melindungi warga yang belum divaksin
Siti menjelaskan manfaat memberikan vaksin kepada kelompok usia 18-59 tahun terlebih dahulu.
Kelompok usia ini paling banyak terinfeksi Covid-19 di Indonesia, mencakup hampir 80% kasus positif, juga dianggap lebih aktif bergerak dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.
Dengan memberi mereka kekebalan, kata Siti, diharapkan warga lainnya yang belum mendapatkan vaksin bisa ikut terlindungi.
“Supaya nanti kalau kelompok ini sudah punya kekebalan maka dia tidak akan membawa penyakit itu ke rumah. Karena sebenarnya elderly atau di atas 59 tahun itu kan lebih banyak aktivitasnya di rumah.
“Itu salah satu keuntungan yang akan kita dapatkan. Artinya, dengan kita memvaksinasi pada usia 18-59 tahun sebenarnya kelompok lansia juga mendapatkan proteksi,” terangnya.
Selain itu, karena 18-59 tahun juga tergolong kelompok usia produktif, pemerintah berharap kegiatan ekonomi bisa kembali berjalan. Tapi itu bukan tujuan utamanya, kata Siti.
“Tujuan utama kita adalah memberikan perlindungan pada kelompok populasi ini karena dia memiliki dua risiko: untuk dirinya sendiri dan membawa penyakit tersebut ke keluarga,” ungkapnya.
Prof. Amin Soebandrio, anggota Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), yang memberikan rekomendasi vaksinasi kepada Kementerian Kesehatan, mengatakan kelompok 18-59 tahun dipilih sebagai prioritas vaksinasi karena memiliki respons imun paling bagus.
“Jadi pembentukan antibodi maupun kekebalan seluler, itu pada usia itu responsnya paling baik dibanding dengan anak kecil – yang responsnya belum matang – atau orang tua – yang sudah terjadi penurunan respons,” kata Profesor Amin yang juga menjabat sebagai ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Mencapai ‘herd immunity’
Pemerintah Indonesia ingin mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, yaitu kondisi di mana cukup banyak orang yang kebal sehingga melindungi mereka yang rentan.
Untuk mewujudkan herd immunity, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan vaksinasi terhadap 181,5 juta orang atau sekitar 70% populasi Indonesia dalam jangka waktu 15 bulan, dari Januari 2021 hingga Maret 2022.
Pakar kesehatan publik dari Griffith University, Dicky Budiman, memperingatkan bahwa pemerintah harus melindungi kelompok usia 60 tahun ke atas, yang lebih rentan, sebelum tersedia vaksin yang aman bagi mereka.
Caranya dengan memperkuat apa yang disebutnya strategi fundamental pandemi, yaitu 3T (test, trace, treat) dan 5M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, serta Membatasi mobilitas dan Menjauhi keramaian).
Itu karena vaksin diberikan kepada kelompok usia produktif secara bertahap, tidak serempak, yang berarti risiko penularan tetap ada.
“Karena vaksinasi itu akan efektif setidaknya dua minggu pasca penyuntikan kedua, yang berarti dari suntikan pertama hingga suntikan kedua hingga vaksin efektif bisa butuh waktu satu setengah bulan.
“Selama satu setengah bulan itu, orang-orang yang rawan tidak ada proteksi bila tidak ada 3T dan 5M yang memadai,” kata Dicky.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, bahkan menyarankan karantina bagi kelompok usia lanjut.
“Saya rasa ini bisa mengamankan atau menjamin bahwa tidak ada kematian sampai mencapai herd immunity,” ujarnya.(*)
BBC Indonesia