PIRAMIDA.ID- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) bersama Dewan Pimpinan Pusat Partisipasi Kristen Indonesia (DPP PARKINDO) masa pelayanan 2021-2026 setuju untuk menggeber sejumlah aksi dan kegiatan untuk mewujudkan Generasi Sehat Bangsa Indonesia. Seperti lewat kegiatan Expo dan Health Digital dalam rangka Literasi Kesehatan Masyarakat.
Hal itu tersajikan lewat diskusi audiensi Dewan Pimpinan Pusat Partisipasi Kristen Indonesia (DPP PARKINDO) bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), secara daring, Senin (21/02/2022).
Partisipasi Kristen Indonesia (Parkindo) sebagai elemen berbasis komunitas, bisa meningkatkan literasi kesehatan.
“Kami melihat bahwa scope populasi literasi kesehatan masyarakat Generasi Muda Milenial dan Generasi Z itu adalah generasi yang potensial mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia pada. Diprediksi, pada tahun 2030-205, Indonesia akan mencapai komponen masyarakat yang mayoritas adalah masyarakat dengan usia produktif. Kita harapkan nanti, itu sebagai masyarakat yang produktif yang sehat,” tutur dr Adele Hutapea.
Adele menyebut, permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini salah satunya adalah tentang literasi kesehatan masyarakat.
Literasi untuk berlaku hidup sehat, untuk mau melanjutkan tata Kesehatan baru setelah pandemi berakhir. Kemudian, masyarakat secara sadar mau melaksanakan screening mandiri.
“Kemudian, lebih dulu memahami bahwa screening kesehatan adalah bagian dari teraphy tingkat pertama. Itu bisa tercapai lebih dini dalam 2024. Sehingga kita bisa melihat peluang bahwa nanti masyarakat Indonesia yang terbentuk di masa depan, jauh lebih sehat daripada masyarakat Indonesia saat ini,” terang Adele.
Adele juga menyampaikan, dengan melihat beban Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap persoalan pandemi saat ini yang sangat tinggi, menjadi sangat sempit ruang gerak untuk melakukan literasi kesehatan.
“Sehingga masalahnya di sana, yaitu persoalan literasi kesehatan yang kurang, serta gaya hidup yang kurang sehat,” sebut dr Adele Hutapea.
Terkait dengan masalah penyakit infeksi, lanjutnya, Parkindo berharap, dengan literasi kesehatan yang ditingkatkan, maka masyarakat memahami pentingnya melakukan screening kesehatan di awal-awal mereka mengalami gangguan kesehatan, sebelum masuk pada fase yang berat.
Jadi konkretnya, kata dia, DPP PARKINDO mengajak Kemenkes melaksanakan satu kegiatan ekspo tentang bagaimana tentang pelayanan kesehatan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang signifikan terkait dengan health digital.
Kemudian, strategi kesehatan yang baru, kemudian sistem JKN yang baru yang sudah di tingkatkan.
“Nah ini kita mau adakan suatu ekspo dengan melibatkan masyarakat, khususnya populasi Generasi Milenial dan Generasi Z. Sehingga nanti kita harapkan proses regenerasi populasi kesehatan itu akan terjadi lebih cepat,” terang dr Adele Hutapea.
Bentuk kegiatannya, kata dia lagi, ada beberapa kegiatan, seperti webinar, expo, dan edukasi kesehatan.
“Kemudian ada penelitian nanti kami sinergi dengan program stunting yang sudah kami bicarakan lebih dahulu dengan BKKBN,” jelasnya.
Untuk itu, Adele berharap, Kementerian Kesehatan bisa bersama-sama menindaklanjuti, dengan memberikan peran yang lebih luas kepada masyarakat, seperti Parkindo.
“Di mana kami bisa memberi peran kami. Dan peran yang kami harapkan dukungan dari Kementerian Kesehatan. Sehingga kita bisa berharap bahwa kerja sama ini berlangsung dalam 2-3 tahun ke depan secara berkelanjutan,” ujarnya.
Sebagai elemen masyarakat, katanya lagi, Parkindo, misalnya, memiliki keterbatasan dalam hal menghimpun dukungan. Karena itulah, Kemenkes bisa bersama-sama untuk melaksanakan literasi kesehatan ke masyarakat.
“Warga Gereja juga adalah komponen masyarakat yang dapat diberdayakan untuk memberikan sumbangsih peran, partisipasi, kolaboratif yang efektif untuk mendorong Literasi Kesehatan untuk kemandirian masyarakat berkelanjutan,” sebut dr Adele Hutapea.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Sekjen Kemenkes), Kunta Wibawa Dasa Nugraha menyambut baik tawaran dan langkah yang disampaikan DPP PARKINDO.
“Kita membuka diri kepada Ormas. Yang jelas, seperti yang disampaikan oleh Dr Adele, lebih kepada mengubah mind set itu yang ingin kita dorong sebenarnya. Bagaimana kita berperilaku hidup sehat, bagaimana kita mengubah dari kuratif menuju promotive preventif,” tutur Sekjen Kemenkes, Kunta Wibawa Dasa Nugraha.
Kunta Wibawa juga menyebut, pandemi Covid-19 juga perlahan menimbulkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peningkatan imun.
Berbagai hal sudah dilakukan masyarakat, sudah banyak kesadaran.
“Tinggal kita perkuat, termasuk kita ingin memperkuat Puskesmas. Karena kematian ibu hamil sudah banyak, maka kita dapat melakukan deteksi dini materiality-nya. Pada saat Ibu mengalami kehamilan, bisa dilakukan Ultrasonografi atau USG. Jadi, silakan kalau mau melakukan itu yang penting ada perubahan mind set,” jelas Kunta Wibawa.
Mengenai stunting, lanjutnya, itu merupakan program yang juga akan dilakukan. Di mana stunting itu bisa turun dengan cepat bukan dengan tempe, ternyata dengan protein.
“Jadi makanan yang ada di Daerah mereka seperti telur, ikan, itu yang harus mereka makan, bukan biskuit dan lainnya,” katanya.
Kunta Wibawa menerangkan, saat ini sedang giat dilakukan Transformasi Kesehatan.
“Kemenkes saat ini melakukan Transformasi Kesehatan, health reform karena dengan pengalaman kemarin dengan adanya Covid-19 sejak tahun 2020 sampai sekarang, kita menyadari bahwa kesehatan itu menjadi tulang punggung. Kalau kita tidak sehat ya ekonomi tidak bangkit,” terangnya.
Kunta Wibawa juga menyadari, masih banyak kelemahan di sektor kesehatan.
“Maka kita harus melakukan reformasi, tapi kita semua itu based on data. Sebab, kita tidak pernah bicara tanpa data, itu yang penting. Jadi, kalau hanya katanya itu kita tidak mau, kita lihat satu-satu semuanya, apa saja yang harus kita lakukan untuk perbaikan,” sebutnya.
Jadi kalau flashback ke tahun 2020, kata dia, Kunta Wibawa masih di Kementerian Keuangan. “Kita punya uang tapi kita mau beli masker aja susah. Mau beli Alat Pelindung Diri atau APD aja susah. Jadi uang bukan segala-galanya,” sebutnya.
Kunta Wibawa menyatakan sangat sepakat bahwa kesehatan itu sangat penting. Sehingga perlu dilakukan reformasi dan memetakan kembali hal-hal yang mesti di-reform di bidang kesehatan.
Pilar pertama adalah memperkuat primary care atau Puskesmas. Kunta Wibawa mengatakan, masyarakat juga harus mengubah mind set, dari kuratif menuju promotive prefentive.
“Karena data BPJS menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran adalah untuk kuratif. Kita harus mencegah orang sakit, bukan untuk mengobati orang sakit, maka namanya Kementerian Kesehatan, bukan Menteri Kesakitan,” ujarnya.
Jadi, lanjut Kunta Wibawa, mengubah mind set adalah salah satu pilar.
Kunta Wibawa mengatakan, masyarakat harus sehat awal dan biayanya lebih murah dibandingkan kita sakit.
Kalau sudah tahu ada gejala sakit jantung, misalnya, maka pola hidup harus bisa diatur.
Sebab, jika dibanding sakit jantung dan masuk rumah sakit, biaya yang dikeluarkan ratusan juta dan biaya BPJS pun habis ke sana. Dan kuratifnya tinggi sekali, hampir 80 persen.
“Makanya kita ingin memperkuat Puskesmas bagaimana orang itu sehat sejak awal, kalau joke-nya lebih baik kita membelikan dia sepatu olah raga kepada masyarakat itu, supaya masyarakat itu lari keliling dan jantungnya kuat, sehat tidak kegemukan, obesitas. Sehingga dia produktif, ekonomi juga jalan. Kalau kita sakit pasti kita tidak produktif. Itu mind set yang perlu penekanan kita,” tuturnya.
Kunta Wibawa setuju dengan yang disampaikan DPP PARKINDO, tentang bagaimana upaya untuk membuat masyarakat hidup sehat.
“Kita perkuat Puskesmas, Gerakan Masyarakat, Gerakan Hidup Sehat, kita juga memperkuat Puskesmas itu di-screening,” ujarnya.
Dia melanjutkan, “Kalau saya tahu saya diabet, maka saya harus ngurangin gula dong. Kalau saya sudah tahu hipertensi, maka saya harus hidup dengan pola yang lebih baik. Kalau saya sudah tahu saya cholesterol makanan saya harus dijaga,” katanya.
Menurutnya, hal-hal seperti inilah yang memang menjadi concern bersama.
“Sehingga masyarakat itu sehat dan produktif dibandingkan dia nanti sakit di ujungnya, ini perubahan mind set dari dokter juga ya, tidak hanya masyarakat tapi dokternya juga. Bagaimana dia mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup sehat, itu yang pilar pertama,” terang Kunta Wibawa.
Pilar kedua adalah memperkuat rumah sakit rujukan, terutama di daerah-daerah terpencil dan daerah-daerah pinggiran.
“Kita lihat saat ini, di mana data juga menunjukkan itu, kita sudah tanya kepada rumah sakit kayak cancer, Rumah Sakit Dharmais, jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, orang itu antri di situ, hampir berbulan-bulan antri di sana. Padahal kalau sakit jantung itu harus segera dapat pertolongan, lewat sedikit ya lewatlah itu,” ungkap Kunta Wibawa.
Dan di Daerah-Daerah tidak ada dokter jantung, maka butuh jejaring rumah sakit-rumah sakit Pemerintah yang kuat di setiap Daerah.
Ada rumah sakit jantung di Harapan Kita, rumah sakit cancer di RS Dharmais, RSPI untuk pernafasan, otak itu Neuorol, kemudian RSCM itu diabetes.
Sehingga mereka membuat jejaring ke Daerah, tidak hanya rumah sakitnya tapi lebih kepada dokter-dokternya diajarkan juga.
Karena jenjangnya ada, karena penyakit jantung itu tidak langsung dibedah tapi dia dari awal dikasih obat dulu, kemudian dikasih ring, ada jenjangnya.
Mungkin RS di Kabupaten atau Kota dari sisi obat dan lain-lain. Kalau sudah Provinsi chathlab. Dan kalau sudah parah baru ke Jakarta.
“Sehingga ini memperkecil kematian di Indonesia. Karena sebagian besar kematian di Indonesia itu adalah penyakit tidak menular. Ini sesuatu yang diakibatkan oleh gaya hidup kita, mungkin rumah sakitnya belum ke sana, atau dokternya. Ini yang kita perbuat,” terangnya.
Pilar ketiga Resiliance Kesehatan atau Ketahanan Kesehatan. Pilar ini terdiri dari dua, yakni Pilar 3A dan Pilar 3B.
“3A seperti yang saya sampaikan sebelumnya, kita punya uang tapi untuk membeli masker dan alat kesehatan tidak bisa. Karena pada saat pandemi, impor ditutup dari Negara lain, dan kita tidak bisa ngapa-apain. Maka kita harus meningkatkan produksi dalam Negeri untuk obat-obatan dan Alat Kesehatan,” ujarnya.
Menurutnya, Kementerian Kesehatan telah memetakan ada 10 Alat Kesehatan dan 10 obat-obatan yang banyak dipergunakan Indonesia berdasarkan volume dan nilai.
“Ini yang kita inginkan diproduksi di sini. Kita sudah dorong dan industri luar negeri masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Sedangkan untuk 3B lebih kepada ketahanan dalam arti surveylance. Karena saat ini perang yang bukan menggunakan senjata, tapi perang yang menggunakan virus.
“Jadi surveylance ini harus kuat, jejaring laboratoriumnya harus kuat, maka saat ini jauh lebih baik saat menghadapi Omicron dibanding Delta kemarin,” ujar Kunta Wibawa.
Jejaring laboratorium Indonesia sudah ada, sharing data dan informasi kalau ada sesuatu kenaikan Covid-19 di suatu Daerah dapat mengecek kenapa naik, ada apa di sana.
“Dan kita monitor. Juga Jakarta sudah turun, kita monitor seperti apa nantinya apakah ada mutasi-mutasi atau tidak,” ujarnya.
Jejaringnya sudah terbentuk. Saat ini Kemenkes sudah memiliki hampir 900 laboratorium untuk PCR, dan untuk SDTF sekitar 80-an.
“Ini akan terus tambah. Kita banyak mesin-mesin yang kita dapat dari hibah itu bagusnya kita, BGS sekitar 18-an untuk menuju ke sana. Dan ini semua tidak hanya untuk Covid-19. Bisa digunakan untuk yang lain,” ujarnya.
Kalau nanti virusnya meningkat, misalnya, diabetes dan yang lain, jadi jejaring itu yang diperlukan, termasuk cadangan.
“Waktu saya di Kementerian Keuangan dulu, kita memulai vaksin itu Januari, kita agak pesimis karena kemampuan kita melakukan vaksinasi cuma 3 juta setahun,” ujar Kunta Wibawa.
Berdasarkan pengalaman di tahun 2019, di mana dilakukan imunisasi kepada balita. Sehingga kemudian bagaimana memikirkan 70 persen masih herd immunity.
“Untuk 70 persen kita memerlukan 10 tahun ini. Tapi ternyata dengan berjalannya waktu dengan menggerakkan masyarakat termasuk melakukan sinergi dengan semua Kementerian Lembaga ada TNI, Polri, BKKBN, Bidan, kita kerahkan dengan fakultas-fakultas kedokteran yang mau lulus kita kerahkan juga, Poltekes kita kerahkan, semua kita kerahkan,” jelasnya.
Kunta Wibawa mengungkapkan, pernah terjadi dalam satu hari pelaksanaan vaksinasi bagi 2,5 juta vaksin.
“Maksudnya disuntikkan ke masyarakat. Berarti ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Amerika Serikat tidak nyampai segitu, hanya berkisar di 1,5 juta. Sekarang sudah mulai turun lagi di sekitar 1- 1,4 juta. Kadang-kadang 1,2 juta. Itu karena sebagian masyarakat sudah divaksin,” katanya.
Di perkotaan, menurut Kunta Wibawa, masyarakat sudah divaksin bahkan sudah booster.
“Yang susah-susahnya sekarang itu yang di pegunungan, di daerah terpencil. Makanya agak turun. Tapi untuk mengubah mind set, dari 3 juta setahun sampai sekarang sudah hampir 300 juta vaksinasi yang dilakukan dari sejak Januari sampai sekarang. Dan itu luar biasa. Itu merupakan sinergi dan kerja sama, makanya saya sepakat kalau ada nanti ormas-ormas datang dan mau membantu, kami open sekali,” terang Kunta Wibawa.
Sedangkan Pilar Keempat, termasuk pilar pendukung. Pilar Keempat itu untuk pembiayaan kesehatan.
“Lebih kepada JKN. Kita ingin lebih efisien, efektif, lebih kepada mind set juga. Jadi tidak hanya membiayai rumah sakit, tapi kita juga dorong mereka untuk membiayai Puskesmas,” ujarnya.
Tidak hanya Puskesmas. Puskesmas itu hanya 10.000, hingga 10.500 di seluruh Indonesia. Posyandu lebih banyak, ada sekitar 20.000-an.
“Tapi yang banyak itu klinik swasta. Klinik-klinik swasta itu hampir 40.000-50.000. Jadi kita harus bekerja sama dengan mereka supaya mencapai seluruh pelosok masyarakat,” sebutnya.
Pilar Kelima adalah Human Capital atau Sumber Daya Manusia.
Tenaga Kesehatan atau Nakes adalah yang terutama. Kunta Wibawa mengakui, untuk Nakes, masih kekurangan. Baik dari segi jumlah, mutu dan distribusinya.
“Mohon maaf, mutunya terutama spesialis. Ketiga adalah distribusi. Ini yang ingin kita perkuat termasuk bea siswa dan lain-lain. Kita dorong mereka sekolah ke luar negeri. Kita dorong mereka untuk bekerja di laboratorium ternama di dunia, sehingga mereka bisa balik lagi ke kita. Atau kita undang ahli-ahli di dunia datang ke kita untuk ngajarin praktek di RS-RS. Kita mau RS-RS menjadi RS Pendidikan sehingga banyak dokter yang bisa kita cetak. Kita kekurangan dokter terutama spesialis,” beber Kunta Wibawa.
Kemudian Pilar Keenam, yang juga pilar pendukung. Pilar Keenam adalah digitalisasi.
“Karena kita tidak bisa hidup dengan teknologi digital,” katanya.
Kunta menjelaskan, pilar keenam ini juga dibagi dua bagian, 6A dan 6B.
“Pilar 6A dengan Peduli Lindungi kita bisa mengetahui semuanya, orang itu sudah divaksin atau belum, dosis 1 atau dosis 2, dia pernah positif enggak? Sudah berapa hari dia Isoman. Itu sudah ketahuan semua.
Dia mengatakan, pilar 6A ini akan diperkuat dengan menyebar data base.
“Misalnya, siapa sih yang Diabet? Gak ada yang tahu padahal sudah puluhan tahun. Padahal diabet itu semakin lama semakin tinggi. Dia diobati dengan menggunakan apa? Sehingga sharing data dan informasi itu terjadi. Kkita punya big data yang kuat,” ujarnya.
Pilar 6B adalah Junior Sequency, Bio H, Biotechnology. Kunta Wibawa mengatakan, situasi saat ini sudah berubah.
“Dulu waktu kita sakit oleh dokter diambil darahnya nanti ketahuan, oh dia kolesterol kemudian obatnya beda. Sekarang sudah pakai rontgen, paru-parunya jelek, hatinya jelek. Ke depan kalau kita ke dokter atau ke RS yang diambil gen kita.Oh gen-nya seperti ini, dia cancer tapi diabet, obatnya akan beda. Atau jika dia cancer dia darah tinggi obatnya akan beda. Based on gen itu yang kan kita kembangkan. Sudah mulai akan kita kembangkan,” terangnya.
Oleh karena itu, Sekjen Kemenkes, Kunta Wibawa mengatakan, jikalau nanti ada expo, DPP PARKINDO kiranya bisa mengedukasi masyarakat agar mengalami literasi kesehatan.
‘Saya belum tahu konsepnya. Tapi yang jelas menuju ke sana, diajari untuk hidup sehat, tidak merokok. Dijelaskan kalau merokok sumber penyakit. Kemudian olah raga, jangan begadang. Anak usia remaja itu masih suka begadang. Ini yang harus dikampanyekan bagaimana anak-anak muda itu bisa hidup sehat, sehingga mereka akan produktif sehingga menghasilkan ekonomi yang lebih baik,” tandas Kunta Wibawa.(*)